Kepercayaan Jamaah Aolia  Gunugkidul Tidak Sesuai dengan Syariat Islam

Diagram Kota Yogyakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini menyatakan bahwa kepercayaan yang dipegang oleh pemimpin dan jamaah Aolia tidak sesuai dengan syariat Islam, juga menyelisih pendapat ulama mayoritas yang memiliki otoritas keilmuan.

“Kepercayaan yang dipegang oleh pemimpin jamaah Aolia tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam,” ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Zainut Tauhid Sa’adi di Jakarta, Senin (8/4/2024).

Meskipun ajaran jamaah Aolia tidak dikategorikan sebagai aliran sesat, namun ajaran tersebut menyelisih pendapat ulama mayoritas yang memiliki otoritas keilmuan dan keulamaan. Oleh karena itu, ajaran tersebut bisa disebut menyimpang.

Salah satu contoh ketidaksamaan adalah dalam menentukan awal Ramadhan dan awal Syawal. Pemimpin jamaah Aolia tidak menggunakan dalil atau dasar hukum yang bisa dipertanggungjawabkan dalam menetapkan tanggal-tanggal tersebut.

Baca Juga :  Catatan Petugas Pengamatan Erupsi Gunung Semeru Hari  Ini Mengalami Enam Kali Erupsi 

Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan jamaah Aolia tidak memiliki landasan syariat dan fikih yang kuat. Namun, Zainut juga mengajak masyarakat untuk tidak menghujat atau mengolok-olok jamaah Aolia.

Dia berpendapat bahwa kemungkinan jamaah Aolia melakukan hal tersebut karena kurangnya pengetahuan mereka. Oleh karena itu, tugas MUI dan ormas Islam lainnya adalah untuk memberikan pemahaman ajaran agama yang benar kepada mereka.

Sementara Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am Sholeh, juga menambahkan bahwa perbedaan ketetapan jamaah Aolia merupakan sebuah kesalahan yang perlu diingatkan.

“Bahwa kepercayaan yang diyakini oleh jamaah Aolia perlu dikaji lebih lanjut. Jika hal tersebut merupakan ketidaktahuan masyarakat, maka harus segera diingatkan, ujar Asrorun Ni’am.

Baca Juga :  PERJAKIN Akan Menggelar Pendidikan Khusus Pengacara Pajak Bersertifikat 

Diketahui sebelumnya, publik dikejutkan oleh jemaah Masjid Aolia, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemimpin jemaah Aolia adalah Raden Ibnu Hajar Shaleh atau Mbah Benu

Di mana mereka melaksanakan salat Idul Fitri 1445 Hijriah pada Jumat 5 April 2024. Soal alasannya, pemimpin jemaah Aolia mengaku ditelepon Allah untuk lebaran lebih cepat. Hal ini lantas membuat publik menilai mereka sesat dan sosok pemimpinnya menuai rasa penasaran.

Pemimpin jemaah Aolia adalah Raden Ibnu Hajar Shaleh atau Mbah Benu, lahir di Pekalongan pada 13 Desember 1941. Ayahnya Mbah Benu lulusan pesantren Lirboyo dan diketahui murid dari Mbah Kholil Bangkalan. Mbah Benu sendiri sempat berkuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga :  Memuliakan Laut dan Air sebagai Sumber Kehidupan Menurut Penjabat Gubernur Bali

Namun, ia memutuskan drop out (DO) atau keluar pada semester akhir. Adapun alasannya karena enggan memakan uang orang sakit yang sedang menderita dan berduka. Meski begitu, tak diketahui siapa sosok yang dimaksud.

Setelah itu, Mbah Benu menetap di Gunungkidul untuk mencuri hati seorang gadis yang bertugas sebagai bidan di Kecamatan Panggang. Adapun wanita ini kemudian menjadi istrinya. (dk/aden)

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *