Diagram Kota Surabaya – Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), G30S 1965 adalah serangkaian aksi pemberontakan oleh segerombolan orang yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti ideologi Pancasila menjadi komunisme.
G30S adalah singkatan dari Gerakan 30 September. Ini merujuk kepada serangkaian peristiwa politik dan militer yang terjadi di Indonesia pada tanggal 30 September 1965.
Peristiwa G30S 1965 sudah terjadi 58 tahun silam, namun mengenai penyebab, kapan dan di mana kejadiannya masih kerap dipertanyakan.
Pemberontakan ini memakan korban sebanyak enam jenderal Angkatan Darat (AD) dan satu perwira AD. Peristiwa ini menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah Indonesia modern dan memiliki dampak besar terhadap perkembangan politik dan sosial Indonesia.
Kronologi pasti kejadian G30S sangat sulit untuk dijelaskan secara gamblang, rinci, dan berimbang. Pasalnya, dalang di balik peristiwa ini masih belum bisa dipastikan dengan jelas, sejumlah versi cerita berkembang di masyarakat.
Penyebab Peristiwa G30S/PKI 1965, terjadi kapan, dan di mana? : Menurut versi Orde Baru, peristiwa G30S/PKI para pemberontak melancarkan aksi penculikan kepada tujuh jenderal pada pukul 03.00 WIB.
Mereka menculik dengan cara langsung menjemput para jenderal di kediamannya masing-masing. Dalih penjemputan adalah mereka diperintah menghadap presiden.
Di antara tujuh jenderal itu, mereka hanya berhasil menculik enam jenderal. Sebab, penculikan terhadap jenderal A.H. Nasution gagal usai dia berhasil meloloskan diri dari kepungan.
Para pemberontak menangkap ajudannya Lettu Pierre Andreas Tandean, mereka terkecoh, karena mengira bahwa Pierre adalah A.H Nasution.
Kapan dan di Mana Peristiwa G30S/PKI Terjadi? : Peristiwa berdarah G30S/PKI menewaskan enam perwira tinggi dan satu perwira pertama yang meliputi Letjen Ahmad Yani (Men/Pangad), Mayjen R. Soeprapto (Deputi II Men/Pangad).
Juga Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo (Deputi III Men/Pangad), Mayjen S.Parman (Asisten I Men/Pangad), Brigjen D.I. Panjaitan (Asisten VI Men/Pangad), dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman AD), danLettu Pierre Andreas Tandean.
Ketujuh pahlawan revolusi itu diculik dan dibunuh di Jakarta. Jenazah mereka dikubur di dalam sumur tua berdiameter kecil dengan kedalaman 12 hingga 15 meter yang berlokasi di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Jenazah ditemukan di sumur itu pada 3 Oktober 1965 atau sekira 3 hari usai peristiwa penculikan dan eksekusi mati. Ketujuh jenazah lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965.
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia, adalah lokasi pusat peristiwa G30S/PKI. Namun, peristiwa pemberontakan itu juga terjadi di Yogyakarta, G30S/PKI menewaskan Kolonel Katamso dan Letnal Kolonel Sugiono.
Apa Penyebab Peristiwa G30S/PKI 1965 : Motivasi sebenarnya di balik pemberontakan G30S tetap menjadi misteri dan subjek perdebatan.
Beberapa mengklaim bahwa pemberontakan ini dimaksudkan untuk melindungi Sukarno, sementara yang lain percaya bahwa itu adalah upaya PKI untuk mengambil alih kekuasaan.
Namun, menurut A. Kardiyat Wiharyanto dalam Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu (2009) ada empat versi dalang peristiwa G30S 1965.
Pertama, PKI dianggap sebagai dalang utama penyebab peristiwa G30S 1965 karena ingin memperkuat pengaruh di pemerintahan sehingga dapat mengganti dasar negara Pancasila dengan komunisme. Selain itu PKI tidak memiliki hubungan yang baik dengan AD sebelum pemberontakan terjadi.
Kedua, Presiden Soekarno dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ingin melindungi kekuasaannya dengan melenyapkan oposisi yang sebagian datang dari perwira tinggi di Angkatan Darat.
Ketiga, Soeharto dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ia merupakan petinggi AD antikomunis yang tidak diburu dan dibunuh pasukan pemberontak.
Selain itu, ia juga memperoleh keuntungan pasca-peristiwa G30S 1965 dengan dianggap sebagai pahlawan dan berhasil menduduki jabatan sebagai Presiden menggantikan Soekarno.
Keempat, CIA atau Pemerintah AS dianggap sebagai dalang peristiwa G30S 1965 karena ingin menghentikan Indonesia menjadi basis komunisme. Pemerintah AS dinilai khawatir dengan terciptanya poros Jakarta-Beijing-Moskow.
Dalang dari Gerakan G30S PKI : Berikut beberapa tokoh yang diduga menjadi dalang dari gerakan G30S PKI yang dikutip dari buku 30 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 1976.
1. D.N Aidit : Dipa Nusantara Aidit atau yang dikenal dengan nama D.N Aidit adalah tokoh yang diduga menjadi dalang utama dari G30S PKI. Sebab, kala itu ia menjadi Ketua Umum Comite Central PKI.
Selain itu, usai kejadian G30S PKI terkuak, D.N Aidit melarikan diri dari Jakarta ke Solo, Jawa Tengah. Begitu juga dengan beberapa tokoh lain yang diduga terlibat dengan gerakan tersebut.
Kendati begitu, mulanya Presiden Soekarno tidak memberi tindakan hukum terhadap D.N Aidit. Sebaliknya, Presiden Soekarno justru memberi tanggapan positif terhadapnya ketika mengetahui bahwa D.N Aidit mengirim surat dari persembunyiannya.
Namun, Presiden Soekarno disebut memberi kuasa kepada TNI untuk menumpas PKI. Maka dari itu, Mayor Jenderal TNI Soeharto menyatakan bahwa G30S didalangi oleh PKI dan melakukan operasi militer untuk menumpas PKI di daerah-daerah.
Ketika Soeharto naik menjadi Presiden ke-2 Indonesia, PKI dinyatakan secara resmi menjadi dalang G30S dan D.N Aidit dituduh sebagai dalang gerakan tersebut.
D.N Aidit pun ditangkap dan diberi hukuman berupa eksekusi mati oleh beberapa anggota militer di sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali, Jawa Tengah.
2. Syam Kamaruzaman : Selain D.N Aidit, tokoh PKI lain yang juga menjadi dalang G30S adalah Ketua Biro Khusus PKI Syam Kamaruzaman. Ia dituduh menjadi bagian dari pemberontakan karena memimpin biro khusus.
Kala itu, biro khusus yang dipimpinnya merupakan organisasi rahasia di PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan gerakan pemberontakan.
Salah satu strateginya adalah dengan menyusup ke internal TNI. Kemudian, menebarkan pengaruh ke kelompok tentara yang berhaluan kiri.
Maka dari itu, Syam Kamaruzaman juga ditangkap oleh TNI di tempat persembunyiannya usai G30S PKI terkuak. Ia ditangkap di Cimahi, Jawa Barat pada 9 Maret 1967.
Ia pun dijatuhkan hukuman pidana hingga ke meja hijau. Di pengadilan, ia mengaku bahwa G30S PKI adalah pemberontakan di bawah perintah D.N Aidit dan ia juga terlibat.
Syam Kamaruzaman pun dijatuhi hukuman mati sampai akhirnya dieksekusi pada 1986.
3. Letnan Kolonel Untung Syamsuri : Tak hanya PKI, G30S rupanya juga didalangi oleh pasukan di internal pemerintahan Presiden Soekarno yang diam-diam membelot, yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
Saat itu, Untung Syamsuri adalah Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa yang merupakan pasukan pengawal Presiden Soekarno.
Ia diduga menjadi penggerak pasukan Cakrabirawa untuk melakukan penculikan sejumlah anggota TNI AD dari kediaman mereka masing-masing. Kemudian, para anggota TNI AD tersebut dibawa ke sebuah markas untuk dibunuh.
Eksekusi pembunuhan para anggota TNI AD dilakukan di sebuah markas di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Lalu, mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua di markas tersebut yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya.
Setelah G30S PKI, Untung Syamsuri melarikan diri dan menghilang. Beberapa waktu kemudian, dia ditangkap di daerah Brebes, Jawa Tengah dan dieksekusi mati pada 1966 (dk/akha)