52,48 Persen Kasus HIV di Surabaya Ternyata Berasal dari Luar Kota, Dinkes Perkuat Layanan Tes
- account_circle Shinta ms
- calendar_month Sen, 1 Des 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM- Lebih dari separuh kasus HIV baru yang tercatat di Surabaya sepanjang tahun 2025 berasal dari warga luar kota.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mencatat, hingga Oktober 2025 sebanyak 52,48 persen penderita HIV merupakan pendatang dari luar Surabaya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina, mengungkapkan bahwa tingginya angka tersebut tidak lepas dari posisi Surabaya sebagai kota rujukan layanan kesehatan untuk wilayah Indonesia Timur dan daerah lainnya.
“Tantangan yang paling menonjol adalah Surabaya menjadi pusat rujukan di wilayah Indonesia Timur dan wilayah lain. Akibatnya, banyak kasus HIV yang ditemukan dan tercatat di Surabaya, padahal yang bersangkutan bukan warga Kota Surabaya,” ujar Nanik, Senin (1/12/2025).
Meski begitu, Nanik menyebut secara keseluruhan tren kasus HIV/AIDS di Surabaya justru mengalami penurunan sebesar 10,03 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut menjadi indikator keberhasilan penguatan layanan tes dan pengobatan yang dilakukan Pemkot Surabaya.
Dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia, Pemkot Surabaya terus memperluas layanan tes HIV sebagai upaya pencegahan. Saat ini, terdapat 126 lokasi tes HIV yang tersebar di 63 Puskesmas, 62 rumah sakit, dan 1 klinik utama.
Tes HIV difokuskan pada kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), waria, serta ibu hamil, calon pengantin, dan pasien penyakit menular seperti TBC atau infeksi menular seksual.
“Selain itu, Dinkes membangun kerja sama yang kuat dengan kelompok-kelompok yang peduli HIV, seperti Aliansi Surabaya Peduli AIDS (ASPA) dan kelompok pendamping sebaya. Ini adalah bagian dari strategi kami untuk memberikan edukasi, tes kesehatan, dan pencegahan langsung di tengah masyarakat,” jelas Nanik.
Nanik menambahkan, Puskesmas di Surabaya kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tes, tetapi juga menjadi fasilitas utama layanan bagi Orang dengan HIV (ODHIV).
Mulai dari deteksi dini, perawatan, pengobatan, hingga pemberian obat Antiretroviral (ARV) secara rutin dilakukan di Puskesmas.
Layanan tes HIV juga telah terintegrasi dengan berbagai pemeriksaan kesehatan lain, seperti Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), tes TBC, pemeriksaan Calon Pengantin (Catin), serta Ibu Hamil (Bumil).
Selain penguatan layanan medis, upaya pencegahan juga dilakukan melalui edukasi dan penyuluhan ke berbagai kalangan, termasuk pelajar SMP dan SMA.
Materi yang diberikan mencakup bahaya HIV, pergaulan bebas, serta keterkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Kader kesehatan dan Karang Taruna juga dibekali pengetahuan serupa untuk memperluas jangkauan edukasi di masyarakat.
Penanggulangan HIV/AIDS di Surabaya juga ditopang oleh kolaborasi lintas sektor, melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), LSM, serta komunitas pendamping ODHIV untuk menjangkau kelompok berisiko yang sulit terdeteksi.
Meski upaya pencegahan terus diperkuat, Nanik mengakui masih ada sejumlah tantangan, mulai dari tingginya stigma dan diskriminasi, sulitnya menjangkau kelompok berisiko tersembunyi seperti LSL, hingga ODHIV yang berhenti minum obat karena efek samping atau minimnya dukungan keluarga.
Meski demikian, Pemkot Surabaya memastikan komitmennya untuk terus menghapus stigma dan menjamin akses layanan kesehatan bagi seluruh warga, termasuk para pendatang.
“Penurunan ini adalah hasil dari kerja keras semua pihak dalam upaya pencegahan, serta penguatan layanan tes dan pengobatan. Kami terus berupaya keras untuk menghilangkan stigma dan memastikan setiap warga, termasuk pendatang, mendapatkan akses layanan kesehatan terbaik di Surabaya,” pungkas Nanik. (sms)
- Penulis: Shinta ms




