Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » FORUM OPINI » Refleksi Hari Anak Perempuan Sedunia 2025: “Aku Ingin Sekolah Lagi, Bukan Jadi Ibu Terpaksa”

Refleksi Hari Anak Perempuan Sedunia 2025: “Aku Ingin Sekolah Lagi, Bukan Jadi Ibu Terpaksa”

  • account_circle Diagram Kota
  • calendar_month Sab, 11 Okt 2025
  • comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Hari itu beberapa tahun yang lalu, di sebuah kampung di kawasan kumuh padat penduduk di pertengahan kota Surabaya, Jawa Timur, matahari hampir tenggelam. Di dalam rumah beratap seng lusuh, Dewi (samaran) memegang pena, menulis di buku harian tipis. Matanya berkaca-kaca.

“Saya berhenti sekolah waktu kelas 3 SMA karena hamil muda. Rumah tangga saya sekarang penuh pertengkaran,” katanya lirih ketika aku duduk di sudut ruang tamunya, bersama kedua orang tuanya yang kebetulan adalah kawan penulis.

Kisah nyata penulis ketika mendampingi seorang siswi SMK Negeri Surabaya bernama Dewi, menggambarkan bagaimana sistem yang seharusnya melindungi justru bisa melukai.

Dewi hamil saat masih duduk di bangku kelas XII. Alih-alih mendapat dukungan psikologis dan pendidikan yang adaptif, pihak sekolah malah memintanya menandatangani surat pengunduran diri.

“Katanya biar tidak jadi contoh buruk bagi siswa lain,” ucapan perwakilan sekolah yang penulis dengar saat menemani Dewi di rumahnya.

Penulis kemudian mencoba mendatangi sekolah, berdiskusi dengan pihak sekolah, menjelaskan bahwa Dewi masih memiliki hak untuk belajar dan mengikuti ujian. Bahwa kehamilan tidak boleh menjadi alasan anak kehilangan masa depan pendidikan.

Setelah proses panjang, pihak sekolah akhirnya mengizinkan Dewi kembali mengikuti kegiatan belajar.

Namun, sayangnya ketika kembali ke sekolah, Dewi disambut bukan dengan pelukan, dan yang tak bisa dihapus adalah cibiran dan tatapan sinis. Yang menunggu setiap kali ia melangkah ke ruang kelas.

“Dia masih sekolah, padahal udah hamil,” bisik beberapa siswa.

Bahkan seorang guru sempat berkomentar di depan kelas, “Anak-anak, jangan ditiru ya.”

Dewi menahan malu dan terus mencoba masuk beberapa hari. Tapi kemudian ia berhenti.

“Teman-teman menjauh. Saya malu. Padahal cuma ingin lulus,” katanya pelan.

Akhirnya beberapa minggu kemudian, Dewi berhenti daatang. Ia memilih belajar dari rumah, menunggu waktu melahirkan. Buku-buku pelajaran masih tersusun di sudut kamarnya. Ia menulis di sebuah catatan kecil:

“Saya ingin sekolah lagi. Saya ingin buktikan, hamil bukan berarti harus berhenti bermimpi.” Dan Dewi lulus kejar paket c.

Kisah Dewi bukan sekadar tragedi pribadi, tapi potret nyata bagaimana sistem pendidikan kita belum sepenuhnya berpihak pada anak perempuan yang jatuh dalam situasi sulit. Alih-alih dirangkul dan didukung, mereka sering dihakimi—baik oleh aturan, maupun oleh tatapan sesama.

Dewi bukan figur yang muncul di laporan media nasional, tapi kisahnya bisa dibilang mewakili banyak gadis seumur dia—yang dipaksa memilih antara mimpi dan kenyataan pahit. Maka di Hari Anak Perempuan Sedunia ini, layak kita buka kisah nyata semacam ini dengan data konkret dan refleksi yang menggugah.

Angka & Fakta: Pernikahan Anak & Kekerasan Terhadap Anak Perempuan

Menurut data Kementerian PPPA, angka perkawinan anak secara nasional turun dari 10,35 % (2021) → 9,23 % (2022) → 6,92 % (2023).

Tapi meskipun menurun, masih ada provinsi yang angka pernikahan anaknya jauh di atas rata-rata nasional. Contoh: Jawa Timur masuk daftar 19 provinsi dengan angka perkawinan anak di atas rata-rata; di Jatim angka itu mencapai 8,86 %.

Secara historis, survei seperti SUSENAS juga mencatat bahwa proporsi perempuan usia 20–24 tahun yang menikah sebelum usia 18 tahun sekitar 11,21 %, artinya satu dari sembilan perempuan mengalami pernikahan di masa anak.

Di provinsi NTB, angka perkawinan anak tercatat sangat tinggi: 17,32 % pada 2023.

Jadi meski tren nasional turun, tantangan di berbagai daerah masih besar—dan penurunan rata-rata tidak selalu mencerminkan penurunan merata di semua wilayah.

Kekerasan terhadap Anak Perempuan: Angka Nyata, Luka Nyata

Sistem Nasional Pengaduan Kekerasan Anak (SIMFONI-PPA, Kemen PPPA) mencatat per 2025 jumlah kasus kekerasan anak yang diinput data mencapai 24.129 kasus. Dari angka itu, 20.669 korban adalah anak perempuan.

Di Jawa Timur sendiri, baru-baru ini Menteri PPPA menyampaikan apresiasi atas penetapan tersangka dalam kasus kekerasan seksual anak di Banyuwangi, di mana korban berinisial CN (7 tahun).

Di Malang, KPAI menyerukan agar oknum guru yang melakukan kekerasan fisik terhadap siswa mendapat sanksi.

Di Sumenep (Jawa Timur), angka kasus kekerasan perempuan & anak dikatakan “tinggi” oleh KPAI, seiring seruan kolaborasi untuk tindakan nyata.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa ancaman kekerasan tidak sekadar potensial — ia sudah nyata, dalam skala yang masif, dan banyak melibatkan anak perempuan.

Di Balik Data: Kehidupan Sehari-hari yang Terabaikan

Dewi (kisah di awal) bercerita, waktu orang tuanya tahu dia hamil, pilihan yang ditawarkan adalah: menikah atau diasingkan. Ia memilih menikah karena takut “nama baik keluarga tercemar”. Dalam pernikahannya, tekanan datang dari segi ekonomi (suami belum punya penghasilan tetap), perbedaan pendidikan, dan pertengkaran karena masalah sepele.

Tersebar pula kisah dari pondok pesantren di Jatim, di mana KPAI pernah menangani kasus santri 13 tahun meninggal akibat luka bakar yang diyakini bagian dari kekerasan di lingkungan pondok.

Kasus semacam itu mencerminkan bahwa kekerasan dan pernikahan anak tidak selalu hadir sebagai tragedi tunggal — mereka merepresentasikan sistem yang lemah dalam melindungi hak anak.

Apa Penyebab & Hambatannya? Perspektif Praktis

Dari rangkuman pegiat hak anak, organisasi masyarakat sipil, serta analisis dokumen kebijakan (Stranas PPA, laporan Komnas Perempuan), berikut poin-utama yang sering muncul:

Satu kutipan menarik dari Kemen PPPA: “Perkawinan anak merupakan hulu dari berbagai permasalahan bagi kualitas hidup anak.”

Suara Nyata: Harapan dari Dewi & Lainnya

Di akhir percakapan, Dewi seorang ibu yang melahirkan anak perempuan tersebut, sempat berkata,

“Teruntuk anakku perempuan, aku ingin dia sekolah terus, nggak malu sama apa pun. Aku ingin dia lebih kuat dari aku.”

Kalimat itu mungkin terdengar sederhana. Tapi dari sana kita tahu, bahwa meski sistem sering gagal melindungi mereka, anak-anak perempuan masih punya cahaya kecil untuk menyalakan harapan

Penutup: Menjadi Bagian dari Perubahan

Di Hari Anak Perempuan Sedunia 2025 ini, ketika dunia mengangkat tema “The girl I am, the change I lead: Girls on the frontlines of crisis”, mari kita ingat peran kepemimpinan anak-anak perempuan dalam mengatasi krisis di berbagai bidang dan dampak ketidaksetaraan. Peringatan tahunan ini bertujuan untuk merayakan pencapaian mereka dan mengadvokasi hak-hak mereka di seluruh dunia.

Dewi, gadis dengan pena lelah di tangan, berhak menuntut kembali haknya untuk belajar, memilih, dan bertahan, bukan menyerah.

Kita (pembaca, pendengar, pemerintah, masyarakat) punya peluang untuk mendengar kisah seperti Dewi bukan sebagai simpati sesaat, melainkan sebagai panggilan untuk bertindak.

Jadi, apakah kita akan biarkan anak perempuan meredup sebelum kesempatan itu dimulai? Atau kita bangun bersama agar mereka tumbuh bebas, kuat, dan bermartabat?*

*Penulis: Hari Agung [Seorang Ayah dari anak perempuan]

Penulis

Berita Hari ini Terbaru dan Terkini Diagramkota.com

Rekomendasi Untuk Anda

  • Jasmas Wakil Ketua DPRD Arif Fathoni Di Sawahan, Warga Usulkan Program PTSL

    • calendar_month Sab, 15 Feb 2025
    • account_circle Diagram Kota
    • visibility 43
    • 0Komentar

    DIAGRAMKOTA.COM – Wakil Ketua DPRD Surabaya Arif Fathoni menggelar jaring aspirasi masyarakat di Kecamatan Sawahan Surabaya. dalam resesnya dapati keluhan warga soal usulan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap( PTSL).Kamis 13 Februari 2025

  • Survei Indikator: 89,6% Pemudik Terbantu oleh Kerja Polantas Selama Mudik 2025

    • calendar_month Kam, 8 Mei 2025
    • account_circle Teguh Priyono
    • visibility 35
    • 0Komentar

    DIAGRAMKOTA.COM — Survei terbaru yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap kinerja polisi lalu lintas (polantas) selama arus mudik Lebaran 2025. Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 89,6 persen pemudik merasa terbantu oleh kehadiran dan pelayanan polantas di berbagai titik selama periode mudik tahun ini. Survei dilaksanakan pada 14 hingga 20 April 2025 […]

  • Respon Cepat Keluhan Warga Polres Ponorogo Bubarkan Battle Sound Horeg Saat Malam Takbir

    • calendar_month Rab, 2 Apr 2025
    • account_circle Teguh Priyono
    • visibility 46
    • 0Komentar

    DIAGRAMKOTA.COM – Suara dentuman keras dari Battle Sound Horeg di wilayah Condong, Kecamatan Kauman, Ponorogo, Senin dini hari (31/3/2025), sempat membuat warga resah. Keluhan yang masuk segera ditindaklanjuti oleh Polres Ponorogo Polda Jatim, yang langsung mengerahkan Tim Rainmas untuk mengamankan situasi. Battle Sound Horeg yang melibatkan berbagai tim dari berbagai wilayah ini memang menarik perhatian, […]

  • Pemkot Malang Kolaborasi dengan Indosat Tingkatkan Digitalisasi UMKM

    • calendar_month Sel, 7 Okt 2025
    • account_circle Diagram Kota
    • visibility 156
    • 0Komentar

    Inisiatif Digitalisasi UMKM di Malang DIAGRAMKOTA.COM – Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengambil langkah nyata dalam mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Malang melalui program pelatihan “Indosat Empowering UMKM”. Kolaborasi ini dilakukan bersama Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang. Acara yang berlangsung di Malang Creative Center pada Kamis (2/10/2025) bertujuan memberikan […]

  • Christina Hendricks Dan Dress Merahnya, Elegan Tapi Bikin Salah Fokus!

    • calendar_month Kam, 13 Mar 2025
    • account_circle Diagram Kota
    • visibility 45
    • 0Komentar

    DIAGRAMKOTA.COM – Christina Hendricks, aktris yang dikenal dengan lekuk tubuhnya yang memukau dan rambut merahnya yang ikonik, selalu berhasil mencuri perhatian di setiap kesempatan. Salah satu momen yang paling tak terlupakan adalah ketika ia mengenakan gaun merah menyala. Warna yang berani ini, dipadukan dengan siluet yang menonjolkan keindahan tubuhnya, menciptakan kombinasi yang elegan namun sekaligus […]

  • PDIP Surabaya Gelar Rapat Kordinasi Sambut Peringatan Kudatuli 27 Juli 1996

    • calendar_month Sel, 22 Jul 2025
    • account_circle Diagram Kota
    • visibility 39
    • 0Komentar

    DIAGRAMKOTA.COM – DPC PDIP Surabaya menggelar rapat koordinasi di Gedung Wanita pada Senin malam (21/07/2025), untuk mempersiapkan peringatan peristiwa Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) 1996. Rapat koordinasi tersebut dihadiri seluruh pengurus Pimpinan Anak Cabang dan pengurus Ranting PDIP se Surabaya. Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPC PDIP Surabaya Yordan M Bataragoa mengatakan, peringatan peristiwa Kudatuli 1996 […]

expand_less
Exit mobile version