DIAGRAMKOTA.COM – Harits Setyawan, dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) di Institut Teknologi Sumatera (ITERA), telah menjadi figur yang sangat inspiratif di dunia akademik. Hingga hari ini, Sabtu, 12 Oktober 2024, ia berhasil menerbitkan 216 buku dan prosiding ber-ISBN sebagai penulis utama, pendamping, editor, dan pemakalah. Bakat menulisnya mulai terasah sejak masa Sekolah Menengah Atas (SMA). Di usia 16 tahun, Harits menulis novel pertamanya yang berjudul “Mungkin Nanti”. Meski teknologi belum secanggih sekarang, novel tersebut berhasil disusun dengan menggunakan komputer di rental dan disimpan dalam disket.
Keikutsertaan Harits dalam lomba menulis cerpen di sekolah berawal dari ketidaksengajaan, saat ia mengirim novel itu sebagai perwakilan kelas. Meskipun tidak sesuai dengan kriteria lomba cerpen, karya tersebut tetap membawanya meraih juara. Sejak saat itu, Harits terus mengasah kemampuan menulisnya.
Saat kuliah, ia tidak hanya menulis novel, tetapi juga pantun dan puisi, membuatnya sukses di berbagai kelas menulis. Namun, meski sudah memiliki banyak karya, Harits tidak segera menerbitkannya. Ia merasa karyanya tidak akan diminati karena masih berstatus mahasiswa, sehingga banyak naskahnya hilang akibat rusaknya perangkat penyimpanan.
Belajar dari pengalaman itu, Harits semakin terdorong untuk menerbitkan karyanya. Ia rutin berpartisipasi sebagai pemakalah di seminar nasional dan internasional, serta mengikuti kegiatan penyusunan bunga rampai. Meski tidak semua berjalan mulus—seperti pernah tidak diterbitkannya prosiding dari makalah yang dipresentasikannya—Harits tetap konsisten mengejar peluang untuk mempublikasikan karya.
Dua puluh tahun setelah memulai perjalanannya di dunia tulis-menulis, Harits kini berusaha memotivasi mahasiswa untuk menerbitkan karya-karya mereka lebih awal. Melalui ITERA Press, Harits bekerja sama dengan rekan-rekan dosennya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam publikasi melalui program kolaborasi menulis dosen dan mahasiswa. Hingga saat ini, ratusan buku ber-ISBN telah diterbitkan melalui program tersebut.
Sejalan dengan pepatah “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit,” karya-karya yang ia tulis sendiri maupun bersama koleganya, termasuk mahasiswa, telah terkumpul menjadi 216 buku dan prosiding ber-ISBN. Dedikasinya membuahkan berbagai penghargaan nasional dan internasional, seperti dari GMB Indonesia (2020), Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (2021), Indonesia Book of Records (2023), Asia Book of Records (2023), serta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2023). Karya-karya Harits kini digunakan tidak hanya di kampusnya tetapi juga di universitas-universitas lain, bahkan hingga di luar Sumatera.
Harits mengungkapkan rasa syukurnya atas semua pencapaian ini dan berharap generasi muda tidak ragu untuk menerbitkan karya mereka, karena usia muda bukanlah halangan untuk berkarya, melainkan kesempatan emas untuk berprestasi. (dk/nw)