DIAGRAMKOTA.COM – Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, hampir di seluruh desa di Banyuwangi menggelar tradisi endhog-endhogan. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani bersama ribuan warga tampak mengikuti pawai endhogan-endhogan. Yang di laksanakan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi.
Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Selasa (17/9/2024), dalam tradisi ini, telur (endhog) rebus dihias dengan bunga kertas lalu di tancapkan di pohon pisang berhias (jodhang). Kemudian di arak keliling kampung atau di masjid. Tradisi Endog-endogan ini teriringi dengan pembacaan selawat, barzanji, dan zikir serta doa-doa.
Mengemas pawai dalam Festival Endhog-Endhogan tersebut berlangsung meriah dengan di ikuti ribuan warga. Mereka melakukan pawai dengan mengarak ribuan pohon telur (jodhang) sejauh 1,5 km, dari depan Masjid Baiturrahman menuju Kantor Desa Kembiritan.
Iringan rebana, musik-musik islami, serta lantunan selawat yang terus menggema membuat semarak suasana pawai. Arak-arakan jodhang, kembang telur beraneka warna. Serta ornamen-ornamen bernuansa islami juga membuat suasana semakin atraktif. Ada replika ka’bah, relur raksasa, hingga kubah masjid berukuran besar.
“Saya sangat mengapresiasi gotong-royong warga Desa Kembiritan dalam melaksanakan tradisi Endhog-endhogan. Tradisi ini merupakan bentuk ekspresi kecintaan masyarakat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sekaligus ajang silaturahmi untuk mempererat persaudaraan,” kata Bupati Ipuk saat melepas pawai Festival Endhog-Endhogan.
Di desa ini, gelaran tradisi endhog-endhogan selalu meriah setiap tahun saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peringati Maulid Nabi, Tradisi Wndhog-wndhogan Sejak Abad ke 18
Tradisi endhog-endhogan sendiri sangat populer di Banyuwangi sejak abad ke-18. Hampir di setiap kampung di Banyuwangi, warga menyambut Maulid Nabi (Kelahiran Nabi Muhammad SAW). Dengan cara sukacita dengan mengarak ribuan telur mengelilingi kampungnya.
Menurut Ipuk, ajang ini bukan sekadar mengarak ribuan telur yang di tancapkan di batang pohon pisang. Namun sebagai simbol nilai-nilai Islam yang harus di miliki setiap umat muslim.
“Tak hanya itu, tradisi endhog-endhogan juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak agar semakin mencintai Baginda Rosul (Muhammad SAW). Kemudian menjadikan Beliau sebagai idola. Dengan terus menggemakan contoh-contoh baik Beliau, harapannya anak-anak akan terbiasa meneladani sifat-sifat Beliau,” kata Ipuk. ***