DIAGRAMKOTA.COM – Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sarana Demokrasi, Asada, yang akrab disapa Sade, menyampaikan pandangannya terkait dinamika politik Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) dan Pemilihan Wali Kota Surabaya.
Dalam wawancara khusus yang dilakukan pada Selasa (19/11/2024), Sade menyoroti kualitas kandidat utama dalam Pilgub Jatim, yakni pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak melawan Tri Rismaharini-Gus Hans, serta calon Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Pilgub Jawa Timur: Karakter Risma-Gus Hans Dinilai Lebih Kuat
Sade menegaskan bahwa dalam Pilgub Jatim kali ini, integritas dan karakter pemimpin menjadi aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh masyarakat. Ia menyebut Risma sebagai sosok pemimpin dengan karakter kuat yang telah terbukti selama memimpin Surabaya maupun saat menjabat sebagai Menteri Sosial.
“Kalau kita bicara soal integritas, saya menyarankan pemilih Jawa Timur untuk mendukung Risma. Dia adalah pemimpin yang berkarakter tegas dan berani mengambil sikap, bahkan terhadap keputusan di tingkat nasional,” ungkap Sade.
Ia mencontohkan keberanian Risma yang pernah menolak usulan Presiden dalam sebuah rapat kabinet terkait bantuan sosial. “Itu menunjukkan kekuatan karakter yang luar biasa. Saya tidak yakin Khofifah memiliki keberanian yang sama,” tambahnya.
Selain karakter, Sade juga menilai Risma memiliki rekam jejak keberhasilan yang nyata, terutama di Surabaya. “Dari pembangunan taman kota hingga penutupan lokalisasi Dolly, itu adalah warisan besar yang ditinggalkan Risma. Jika warga Jawa Timur ingin pemimpin yang tegas dan berprestasi, maka pilihan jelas ada pada Risma-Gus Hans,” tegasnya.
Isu Pemeriksaan KPK
Lebih jauh, Sade juga menyinggung isu yang selama ini menjadi perbincangan publik terkait pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia menggarisbawahi bahwa selama Risma memimpin Surabaya, tidak pernah ada kasus yang menyeret namanya hingga pemeriksaan oleh KPK. Hal ini, menurutnya, mencerminkan bersihnya pemerintahan Risma.
“Saya belum pernah mendengar KPK menggeledah Balai Kota Surabaya selama Risma memimpin. Sebaliknya, isu dana hibah di tingkat provinsi yang menyeret nama Khofifah sudah menjadi rahasia umum. Jika ingin pemimpin yang resik dan tidak tercela, maka Risma adalah pilihan tepat,” tegasnya.
Eri Cahyadi: Masih Jauh dari Standar Risma
Saat dimintai pandangan terkait Eri Cahyadi sebagai calon Wali Kota Surabaya, Sade mengkritik kinerja Eri yang dinilainya masih jauh di bawah standar Risma. Menurutnya, Eri belum menunjukkan prestasi atau warisan yang dapat dibanggakan selama masa kepemimpinannya.
“Kalau dibandingkan dengan Risma, jangankan melampaui, sejajar pun belum. Apa warisan Eri? Saya belum melihat ada legasi nyata dari beliau. Sebagian besar programnya berjalan seperti autopilot tanpa terobosan baru,” kata Sade.
Ia juga menyoroti adanya keluhan dari kontraktor terkait pembayaran proyek yang macet selama masa pencalonan. “Banyak laporan bahwa pekerjaan pembangunan di Surabaya terhenti, dan tagihan kontraktor tidak dibayar. Ini sangat berbeda dengan era Risma, yang selalu memastikan program berjalan lancar,” ujarnya.
Kritik terhadap Eri dalam Pilkada Surabaya
Sade juga mengkritisi langkah Eri Cahyadi dengan dukungan hampir semua partai politik. Menurutnya, hal ini menunjukkan ketidakpercayaan diri Eri dalam mempertahankan posisinya di Surabaya.
“Sejak era Bambang DH hingga Risma, PDIP selalu menang mutlak di Surabaya tanpa perlu koalisi besar. Tapi di masa Eri, ia justru merangkul semua pihak karena takut kalah. Ini juga ironi bagi PDIP,” jelasnya.
Pesan untuk Pemilih
Menutup wawancaranya, Sade mengingatkan masyarakat Jawa Timur untuk memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak dan integritas. Ia menyarankan pemilih Surabaya untuk tidak terlalu bangga jika Eri menang, karena menurutnya, kemenangan tersebut tidak mencerminkan prestasi yang luar biasa.
“Jika warga ingin pemimpin yang resik, berkarakter, dan berintegritas, maka pilihlah Risma di Pilgub. Untuk Pilkada Surabaya, saya rasa Eri perlu membuktikan lebih banyak sebelum pantas dibandingkan dengan Risma,” pungkasnya. (dk/nw)