Penanganan HIV/AIDS di Surabaya: Data dan Upaya Pencegahan yang Dilakukan Dinkes, Catat 985 Kasus Sepanjang 2025
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 3 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina
DIAGRAMKOTA.COM – Surabaya, sebagai kota besar di Jawa Timur, terus berupaya menghadapi tantangan penyebaran HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, sepanjang tahun 2025, telah tercatat sebanyak 985 kasus HIV dan AIDS yang ditangani. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 10,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 2024.
Nanik Sukristina, Kepala Dinkes Surabaya, menjelaskan bahwa dari total kasus tersebut, sekitar 52,48 persen tidak berasal dari warga Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa akses layanan pemeriksaan HIV di kota ini sudah sangat memadai. “Mengingat akses layanan pemeriksaan HIV di Kota Surabaya yang sudah sangat memadai,” ujarnya.
Kelompok Rentan Terinfeksi HIV/AIDS
Menurut Nanik, kelompok yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDS adalah laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan sesama jenis, pekerja seks perempuan dan pelanggannya, pengguna napza suntik, ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, serta warga binaan pemasyarakatan. Faktor utama penularannya adalah hubungan seks bebas tanpa pengaman (kondom), berganti-ganti pasangan seksual, dan penggunaan napza suntik.
Upaya Pencegahan dan Edukasi
Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS, Pemkot Surabaya telah meluncurkan berbagai program edukasi dan kampanye pencegahan. Salah satunya adalah edukasi pada kelompok usia produktif seperti pelajar SMP, SMA/SMK sederajat, ibu hamil, dan calon pengantin. Selain itu, ada juga program pencegahan HIV yang berbasis tempat hiburan malam, panti pijat, dan komunitas populasi kunci.
Pemkot Surabaya juga memperluas akses layanan kesehatan dengan menyediakan lebih banyak fasilitas yang menawarkan layanan HIV, baik di Puskesmas, Rumah Sakit, maupun Klinik Berbasis Komunitas yang dilengkapi dengan sumber daya terlatih. Rutinnya skrining HIV dilakukan pada kelompok populasi kunci seperti lelaki seks lelaki, waria, pekerja seks perempuan, pengguna napza suntik, pasien TBC, ibu hamil, dan calon pengantin.
Dukungan untuk Pasien HIV/AIDS
Selain itu, Pemkot Surabaya memberikan dukungan melalui konseling agar Orang Dengan HIV (ODHIV) tetap konsisten dalam menjalani terapi ARV. Keberlanjutan pengobatan sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan menekan laju penularan. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga ditingkatkan dalam memberikan edukasi pencegahan HIV dan cara penularannya bagi kelompok populasi kunci.
Tantangan dan Langkah Ke depan
Meskipun angka kasus HIV/AIDS di Surabaya mengalami penurunan, tantangan tetap ada. Di tengah situasi global yang mengalami penurunan pendanaan untuk penanggulangan HIV/AIDS, khususnya pada tahun 2025, upaya pencegahan dan pengobatan harus tetap dioptimalkan. DPRD Jawa Timur pun telah meminta penanganan komprehensif untuk mengatasi penyebaran HIV/AIDS di wilayah tersebut.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan, Surabaya berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV/AIDS serta memastikan akses layanan kesehatan yang lebih mudah dan merata. ***





Saat ini belum ada komentar