Buron Rp5 Triliun: Dewi Astutik Dalang Penyelundupan Sabu 2 Ton Ditangkap
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 2 menit yang lalu
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Badan Narkotika Nasional (BNN) RI bersama aparat Kamboja resmi membekuk buronan internasional dan gembong narkoba, Dewi Astutik alias Mami (PA), 43 tahun. Dewi diyakini sebagai otak di balik penyelundupan sabu seberat lebih dari 2 ton dengan nilai sekitar Rp 5 triliun.
Penangkapan terjadi pada Senin, 1 Desember 2025, di kawasan Sihanoukville, Kamboja, ketika Dewi hendak memasuki lobi hotel. Sekira pukul 13.39 waktu setempat, tim gabungan — yang terdiri dari BNN, Kepolisian Kamboja, BAIS TNI, KBRI Phnom Penh dan Atase Pertahanan RI — menyergap target begitu terdeteksi berada di dalam kendaraan Toyota Prius putih bersama seorang pria. Operasi berlangsung cepat dan tanpa perlawanan.
Setelah diamankan, Dewi dibawa ke Phnom Penh untuk verifikasi identitas. Kemudian, dia dideportasi ke Indonesia dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa, 2 Desember 2025.
Kepala BNN RI, Komjen Pol Suyudi Ario Seto, menyatakan bahwa Dewi selama ini termasuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dan bahkan mendapat peringatan “red notice” dari Interpol.
“Operasi ini adalah hasil kolaborasi internasional yang solid antara BNN, BAIS TNI, Polri–Interpol, Kepolisian Kamboja, KBRI, Bea Cukai, dan Kemenlu,” ujar Suyudi dalam konferensi pers di Soetta.
Dewi Astutik berstatus sebagai buronan sejak 2024. Dia disebut-sebut sebagai aktor intelektual di balik beberapa jaringan penyelundupan besar — termasuk kelompok Golden Triangle (Asia Tenggara) dan Golden Crescent (Asia Barat). Perannya tidak sebatas sebagai kurir, melainkan juga sebagai pengatur pendanaan, logistik, dan distribusi narkotika.
BNN menduga jaringan Dewi tidak hanya memperdagangkan sabu, tapi juga kokain dan ketamin — untuk pasar Asia Timur, Asia Tenggara, bahkan Afrika.
Menurut data gabungan penegak hukum, kasus pertama yang menguak jejak Dewi melibatkan penyelundupan 2,3 kilogram kokain dan heroin melalui Bandara Soekarno-Hatta. Barang tersebut diyakini bagian dari jaringan yang dikendalikan Dewi.
Selama pelariannya, Dewi dikenal sangat licin — kerap berpindah negara untuk menghindari penangkapan. Kepala BNN menuturkan bahwa hal ini membuat perburuan memakan waktu cukup lama.
Warga Indonesia asal Ponorogo, Jawa Timur ini juga pernah tinggal di Dusun Sumber Agung, Desa Balong. Sebelum menjadi buronan, Dewi sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri — profesi yang diduga ia manfaatkan untuk memuluskan pergerakan lintas negara.
Setibanya di Indonesia, Dewi langsung dibawa ke markas BNN untuk pemeriksaan intensif. Penyidik berupaya mengurai seluruh struktur sindikatnya — dari pemasok, logistik, hingga pencucian uang — guna membongkar jaringan secara keseluruhan.
Sejumlah pihak menilai penangkapan ini harus dijadikan momentum untuk membongkar seluruh jaringan. Anggota DPR dari Komisi III, Martin Tumbelaka, menyerukan agar tidak berhenti pada nama Dewi semata, melainkan menelusuri penyedia bahan baku, operator logistik, hingga pencucian uang. “Semua harus diungkap,” tegasnya.
Penangkapan Dewi Astutik — dengan jaringan lintas negara dan histori panjang — dianggap sebagai salah satu capaian besar dalam perang melawan narkotika. Kepala BNN menyebut ini sebagai “bukti nyata komitmen” lembaganya dalam memberantas sindikat narkoba internasional.
Tetapi, BNN menegaskan operasi ini bukan akhir, melainkan awal pembongkaran struktur sindikat sedalam-dalamnya. Semua pihak yang terlibat — domestik maupun internasional — dipastikan akan dijadikan target penyidikan. (dk/nw)




