Rp1,5 Triliun Main Multi-Years: Jangan-Jangan Surabaya Bikin Hambalang Versi Kota?
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Jum, 3 Okt 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Pemerintah Kota Surabaya lagi demen main pembiayaan jangka panjang. Nilainya? Rp1,5 triliun. Angkanya bikin kaget, narasinya manis, klaimnya efisiensi. Tapi rakyat Surabaya nggak bisa cuma manggut-manggut. Lha wong di negeri ini kontrak tahun jamak sudah punya sejarah kelam: Hambalang contohnya. Dari yang katanya proyek prestisius, ujung-ujungnya jadi monumen mangkrak plus skandal korupsi.
Pemkot Surabaya mencoba bikin gebrakan, meski bukan iklan: buat rakyat kok coba-coba. Skema multi-years financing alias pembiayaan tahun jamak senilai Rp1,5 triliun. Kedengarannya wah. Tapi warga Surabaya layak waspada, karena di negeri ini cerita kontrak tahun jamak sering kali berakhir runyam.
Bercermin pada kasus, bukan kaca karena mudah pecah. Hambalang, misalnya. Proyek olahraga bernilai ratusan miliar itu di atas kertas sah, tapi akhirnya mangkrak, biaya bengkak, sampai menyeret pejabat ke meja hijau. Semua gara-gara minim transparansi, kajian amburadul, dan DPR cuma jadi stempel. Dan untungnya kantornya bukan di kios-kios pinggir jalan Embong Malang.
Kalau Surabaya mau main pembiayaan lintas tahun, jangan cuma jualan narasi efisiensi. Semua dokumen harus dibuka, kajian harus diaudit independen, jangan sampai rakyat cuma dikasih brosur manis. Mirip brosur sales kredit motor dengan iming-iming DP 0%, yang dibagi di pinggir jalan. Dapat bonus pula “Terima Kasih” ucap sang sales, meski kita tak memberi apa-apa. Karena kita warga yang bijak, taat bayar pajak. Iya tho!
Red flag multi-years financing itu banyak: proyeksi terlalu optimis, kontraktor bermasalah, atau DPRD yang cuma angguk-angguk ‘nyanyian lagu setuju’, album ‘Wakil Rakyat’ milik Iwan Fals yang dirilis tahun 1979. Nah kalau lebih dari dua tanda muncul, siap-siaplah duit rakyat bisa raib alias boncos entah ke mana. Ajur Jum!
Kalau Pemkot Surabaya raja ngeyel kayak motor 4 tak, ngotot proyek Rp1,5 triliun jalan terus tanpa kontrol ketat, rakyat cuma bisa nyiapin dua hal: doa panjang dan memori pendek. Doa panjang biar proyeknya beneran beres, memori pendek biar gampang dilupakan kalau ujungnya zonk, karena salah memilih tirai ketika ikut kuis ‘Super Deal’. Tapi ingat dan ‘manusia tempatnya salah dan lupa’ jangan jadikan alasan, warga kota ini sudah kenyang ditipu jargon “efisiensi” yang kadang cuma ganti nama dari kata “mark-up”. Kadang-kadang loh ya.
(@gung maneh bosen tapi ngangeni, Baca gak ada ruginya)