*Oleh: Agung Hari (Penikmat Bus Tayo)
DIAGRAMKOTA.COM, Surabaya 24 April 2025 — Memperingati Hari Angkutan Nasional, Suroboyo Bus menjadi simbol penting dalam wacana transformasi transportasi publik perkotaan. Di tengah pertumbuhan kendaraan pribadi dan kemacetan yang semakin meresahkan, layanan ini tetap menunjukkan relevansi sebagai alternatif mobilitas yang ramah lingkungan dan terjangkau bagi warga Surabaya. Berikut penulis juga merangkum informasi data dari berbagai sumber
Suroboyo Bus: Transportasi Publik yang Mengurai Kemacetan
Berdasarkan studi dari Moneter: Jurnal Ekonomi dan Keuangan (2024), Suroboyo Bus terbukti mampu menekan laju kemacetan dengan meningkatkan penggunaan transportasi publik. Diperkuat data 2024 yang mencatat 1,99 juta penumpang, Suroboyo Bus berkontribusi langsung terhadap pengurangan emisi dan kemacetan, terutama di jalur-jalur utama.
Tren ini diperkirakan terus berlanjut di 2025, mengingat operasionalnya yang tetap aktif mulai pukul 05.30 hingga 21.00 WIB, serta tarif terjangkau — hanya Rp5.000 untuk dewasa dan Rp2.500 bagi pelajar. Dalam kesempatan Hari Angkutan Nasional 2025 ini, penulis sempat naik dan berfoto. Tak lupa ucapkan Selamat Hari Angkutan Nasional kepada Bapak sopir dan Mbak kondektur (penulis juga sempat minta tolong fotokan hehehe…).
Feeder Wirawiri: Jembatan Antara Pemukiman dan Transportasi Utama
Feeder Wirawiri Suroboyo diluncurkan sebagai pelengkap Suroboyo Bus untuk menjangkau wilayah-wilayah yang tidak dilalui rute utama. Mobil listrik berukuran kecil ini beroperasi di beberapa titik strategis seperti Tunjungan Plaza, Alun-Alun Surabaya, hingga daerah pemukiman padat seperti Gubeng dan Genteng.
Menurut data Dinas Perhubungan Surabaya per April 2025:
- Jumlah unit: 20 armada aktif
- Operasional: 05.00–22.00 WIB
- Rute: 7 trayek feeder yang terintegrasi dengan halte Suroboyo Bus
- Tarif: Gratis untuk penumpang umum
- Fasilitas: AC, pengisian daya HP, dan akses disabilitas
Keberadaan feeder ini penting (meski penulis belum pernah naik wkwkwk…) karena mengatasi isu “first mile-last mile”—yaitu jarak dari rumah ke halte atau sebaliknya—yang sering menjadi penghalang orang beralih ke transportasi umum.
Tarif dan Fasilitas Jadi Daya Tarik
Dalam konteks ekonomi perkotaan, tarif rendah menjadi magnet utama. Bila dibandingkan dengan pengeluaran harian kendaraan pribadi (bahan bakar, parkir, dan perawatan), Suroboyo Bus menawarkan solusi hemat tanpa mengorbankan kenyamanan.
Fasilitas seperti AC, CCTV, kursi khusus wanita, hingga integrasi dengan lampu lalu lintas, mempertegas citra Suroboyo Bus sebagai moda modern dan inklusif.
Isu Pelayanan dan Keselamatan
Namun, pencapaian tersebut belum lepas dari catatan kritis. Laporan Suara Surabaya pada Februari 2025 mengungkap insiden kecelakaan fatal akibat sopir ugal-ugalan di kawasan Joyoboyo-Gunungsari. Hal ini menyoroti pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap SDM, demi menjaga kepercayaan publik dan keamanan pengguna.
Selain itu, meski memiliki 3 rute utama dan 62 halte, aksesibilitas Suroboyo Bus masih belum menjangkau wilayah pinggiran secara merata. Penduduk di daerah seperti Lakarsantri, Gunung Anyar, atau Benowo mungkin masih harus bergantung pada moda lain yang lebih mahal atau tidak ramah lingkungan.
Pertumbuhan Kendaraan Pribadi: Ancaman Nyata
Data nasional menunjukkan, jumlah kendaraan pribadi di Indonesia per 2023 mencapai 147 juta unit (laporan GAIKINDO) — dan dipastikan Surabaya sebagai kota metropolitan turut menyumbang angka signifikan. Tanpa intervensi serius, dominasi kendaraan pribadi akan terus menciptakan tekanan lalu lintas dan polusi.
Tantangan Eksternal: Dengan kemacetan yang masih tinggi (data INRIX 2021 menunjukkan Surabaya paling macet di Indonesia, dengan waktu terbuang 62 jam per tahun), diperlukan langkah lebih lanjut seperti pembatasan kendaraan pribadi atau perluasan rute Suroboyo Bus dan Wirawiri.
Solusi dan Harapan di Hari Angkutan Nasional 2025
Beberapa strategi yang dapat diterapkan Pemerintah Kota Surabaya untuk menjadikan transportasi publik sebagai mainstream choice di antaranya:
- Ekspansi Rute dan Frekuensi
Penambahan rute ke kawasan padat penduduk serta peningkatan frekuensi keberangkatan bisa menarik lebih banyak penumpang. - Reformasi SDM dan Pelatihan Sopir
Standar pelayanan harus diperketat. Setiap sopir wajib menjalani pelatihan keselamatan dan pelayanan berkala. - Insentif Pengguna Transportasi Publik
Misalnya, diskon khusus pada jam sibuk atau integrasi tarif dengan moda lain seperti angkutan feeder dan ojek daring. - Kampanye Kesadaran Publik
Pemerintah harus terus mendorong perubahan gaya hidup masyarakat menuju moda berkelanjutan.
Dan terakhir, di Hari Angkutan Nasional ini penulis menilai Suroboyo Bus bukan hanya sekedar sebagai moda transportasi, tapi simbol harapan untuk kota yang lebih tertib, sehat, dan efisien. Hari Angkutan Nasional 2025 menjadi momentum reflektif: bahwa transformasi transportasi publik memerlukan komitmen bersama — antara pemerintah, operator, dan masyarakat.
Ke depan, jika tantangan pelayanan dan keselamatan bisa diatasi, serta strategi perluasan jangkauan direalisasikan, Suroboyo Bus berpotensi menjadi wajah baru sistem mobilitas masa depan di Surabaya — dan Indonesia. Dalam momen Hari Angkutan Nasional ini, yo wes ayo berbareng bergerak bersama beralih numpak transportasi publik, kurangi kemacetan Kota Pahlawan kita! Selamat Hari Angkutan Nasional 2025, Salam Telolet Bus Tayo Wirawiri Suroboyo! (*)