DIAGRAMKOTA.COM – Pada hari terakhir rangkaian kegiatan Jatim Emas Exhibition Fair (JEEF) 2024 di Atrium Grand City Mall Surabaya, acara diramaikan dengan penampilan komunitas anak-anak disabilitas Tatuli, Minggu (10/11/2024)
Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, komunitas Cerita Teman Tuli (Latuli) memberikan pesan khusus melalui flashmob bertema “Semua Bisa Jadi Pahlawan,” yang menampilkan berbagai gerakan dan lagu. Dalam kesempatan tersebut, pengunjung juga diajarkan huruf-huruf dalam bahasa isyarat.
Acara ini tidak hanya melibatkan para penyandang tunarungu, tetapi juga masyarakat umum yang ingin belajar bahasa isyarat. Komunitas Tatuli turut mempersembahkan teater pendek bertema legenda seperti Malin Kundang dan Timun Emas. Kehadiran komunitas tuna netra Istana Karya Disabilitas Surabaya juga turut menyemarakkan suasana, dengan menyanyikan lagu-lagu bertema cinta tanah air seperti “Indonesia Pusaka” dan “10 November” yang diciptakan oleh grup mereka sendiri.
Ketua Yayasan Semesta Rumah Kita, Inge Ariani Safitri, menyampaikan bahwa bahasa adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan. “Jika bahasa isyarat dipahami secara luas, komunikasi dengan teman tuli akan lebih lancar, dan ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka,” tuturnya. Ia juga menambahkan harapannya agar inklusivitas tercapai melalui usaha bersama, terutama dari pihak-pihak yang memiliki akses lebih. “Kami berharap acara seperti ini bisa semakin sering diadakan. Anak-anak disabilitas perlu dihargai, bukan dikasihani,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) wilayah Jawa Timur, Heru Satriyo, secara resmi menutup Jatim Emas Exhibition Fair (JEEF) 2024 pada Minggu malam (10/11/2024). Penutupan ini dimeriahkan dengan kehadiran anak yatim piatu dan penyandang disabilitas sebagai tamu kehormatan, yang menjadi wujud kepedulian terhadap kelompok rentan dan bentuk dorongan bagi pemerintah untuk mendukung pemberdayaan mereka.
“Kami ingin agar saudara-saudara disabilitas dan yatim piatu dapat tampil di masyarakat dan berdaya. Mereka butuh perhatian dari pemerintah dan masyarakat luas. Melalui pameran ini, kami memberi ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri,” ujar Heru dalam penutupan acara yang digelar secara sederhana.
Heru juga menyoroti pengaruh positif acara ini terhadap perekonomian lokal, di mana omzet para peserta pameran meningkat dari hari ke hari. “Ini menggerakkan roda ekonomi UMKM di Jawa Timur, dan kami berharap program ini bisa menjadi contoh bagi pameran lainnya,” ujarnya.
Heru menambahkan, dukungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) semakin memperkuat misi sosial acara ini, terutama melalui fasilitas gratis bagi UMKM peserta. “Tujuan kami bukan hanya profit, tapi juga menciptakan dampak sosial yang nyata,” tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Heru menyampaikan kritiknya terhadap dugaan penyalahgunaan anggaran oleh pemerintah, khususnya terkait program penanaman pohon di Mall Pelayanan Publik yang disebut-sebut menggunakan dana sebesar Rp2,9 miliar dan dianggap kurang transparan. Acara pameran ini bekerja sama dengan EO PT Debindo Mitra Tama yang telah lama bermitra dengan Pemprov Jatim. “Anggaran sebesar itu seharusnya transparan, terutama karena melibatkan kementerian. Kami akan mengawasi isu ini dan berencana melakukan aksi pada 13 November di depan Convex Exhibition Grand City Mall,” tegasnya.
Sebagai penutup, Heru mengungkapkan rencana MAKI Jawa Timur untuk menggelar acara serupa di Epicentrum, Mataram, pada 15 Desember mendatang. “Kami berharap Jatim Emas Exhibition Fair bisa menginspirasi pameran-pameran inklusif lainnya di berbagai daerah,” ujarnya. Heru optimistis, melalui kesuksesan Jatim Emas Exhibition Fair 2024, pemberdayaan masyarakat marginal, terutama disabilitas dan anak yatim piatu, dapat menjadi elemen penting untuk mewujudkan Jawa Timur yang lebih inklusif dan berdaya. (dk/nns)