DIAGRAMKOTA.COM – Dalam upaya mempererat tali silaturahmi dan menjalin sinergi, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Surabaya mengadakan audiensi dengan PDAM Surya Sembada Surabaya pada Kamis (15/08/2024).
Dalam pertemuan tersebut, jajaran pengurus dan anggota SMSI Kota Surabaya diterima langsung oleh Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya, Ir. Arief Wisnu Cahyono, S.T., beserta Direktur Pelayanan.
Ketua SMSI Kota Surabaya, Iskandar Pribowo, menyampaikan bahwa tujuan dari audiensi ini adalah untuk membangun sinergi dan menjalin hubungan baik antara media dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Masukan atau referensi dari media dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan keluhan masyarakat terkait pelayanan dan kualitas air PDAM agar menjadi lebih baik,” ujar Isa, sapaan akrab Iskandar.
Isa juga menyampaikan terima kasih atas dukungan PDAM Surya Sembada pada acara talkshow di DPRD Surabaya yang digelar pada 8 Agustus 2024.
Sementara itu, Direktur Utama PDAM Surya Sembada, Ir. Arief Wisnu Cahyono, S.T., menyampaikan apresiasi atas kedatangan SMSI Kota Surabaya. Arief berharap audiensi ini dapat menjadi wadah untuk menyampaikan informasi serta masukan yang dapat membantu PDAM dalam meningkatkan pelayanan.
Arief juga menyoroti isu perubahan iklim yang berpengaruh pada kualitas dan ketersediaan air baku, yang terus menurun dalam lima tahun terakhir. Ia menekankan bahwa banyak masyarakat yang masih menganggap air sebagai sumber daya yang mudah didapat dan murah, padahal tantangan dalam pengelolaannya semakin besar.
“Sejauh ini masyarakat menganggap air itu gratis dan mudah dikelola. Namun, air kini menjadi prioritas tinggi bahkan di tingkat internasional,” jelas Arief.
Sebagai perbandingan, Arief mencontohkan langkah ekstrem yang diambil Cina dalam membangun ketahanan air. Ia juga menyinggung bahwa regulasi air di Indonesia masih kurang, dan berharap media dapat membantu mengedukasi masyarakat terkait isu ini.
“PDAM merupakan perpanjangan tangan negara dalam menyediakan air yang aman bagi masyarakat. Tantangannya besar, terutama di Surabaya yang telah mencapai 100 persen akses air layak,” tambahnya.
Arief menjelaskan bahwa infrastruktur air seharusnya menjadi tanggung jawab negara. Penggantian pipa di Surabaya saja membutuhkan dana sebesar Rp 3 triliun. Saat ini, sekitar 93% kebutuhan air di Surabaya bergantung pada sungai.
Sebagai contoh, Arief menyebutkan kebijakan pajak konservasi di Singapura, di mana semakin banyak air yang digunakan, semakin tinggi pajak yang harus dibayar. Ini mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan air.
“Semoga upaya PDAM untuk meremajakan infrastruktur di Surabaya dapat terwujud. Kami tidak menjual air, tetapi menjual layanan. Jadi, ketika nanti ada kenaikan tarif, masyarakat dapat memahami,” pungkas Arief. (dk/nw)