Peta Politik Surabaya 2029, 7 Dapil 55 Kursi: Siapa Diuntungkan?
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Jum, 7 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Meski relatif dini, wacana pemekaran daerah pemilihan (dapil) legislatif di Kota Surabaya mulai menguat untuk Pemilu 2029. Seiring dengan jumlah penduduk yang kini menembus 3 juta jiwa, Surabaya berpotensi menambah representasi politiknya dengan pembagian 55 kursi DPRD ke dalam 7 dapil baru.
Simulasi ini disusun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 dan mempertimbangkan faktor keterhubungan geografis, batas administratif, serta pemerataan jumlah penduduk di 31 kecamatan.
Dalam simulasi tersebut, setiap dapil akan memperebutkan antara 7 hingga 9 kursi, tergantung pada jumlah penduduknya. Tujuannya, menciptakan proporsionalitas perwakilan yang lebih setara di seluruh wilayah kota.
“Wilayah Surabaya sangat heterogen. Pembentukan tujuh dapil memberi ruang representasi yang lebih adil bagi semua kawasan, terutama antara wilayah padat di pusat kota dan wilayah berkembang di barat dan selatan”.
Simulasi 7 Dapil Surabaya
Berikut pembagian wilayah simulatif yang diajukan:
Dapil I: Genteng, Tegalsari, Gubeng, Bubutan, Simokerto (±476,9 ribu jiwa – 9 kursi)
Dapil II: Krembangan, Tambaksari, Pabean Cantian (±415,8 ribu jiwa – 8 kursi)
Dapil III: Semampir, Kenjeran, Bulak (±416,4 ribu jiwa – 8 kursi)
Dapil IV: Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, Gunung Anyar, Tenggilis Mejoyo (±449 ribu jiwa – 8 kursi)
Dapil V: Wonocolo, Wonokromo, Jambangan, Gayungan, Karang Pilang, Wiyung (±483,6 ribu jiwa – 9 kursi)
Dapil VI: Dukuh Pakis, Sawahan, Sukomanunggal (±362 ribu jiwa – 7 kursi)
Dapil VII: Tandes, Asemrowo, Benowo, Pakal, Lakarsantri, Sambikerep (±414,1 ribu jiwa – 8 kursi)
Total penduduk yang diakomodasi: ±3.017,8 ribu jiwa dengan total kursi 55.
Analisis Redaksi: Representasi Lebih Proporsional
Redaksi menilai bahwa skema 7 dapil merupakan langkah lebih berkeadilan dibandingkan format sebelumnya (5 dapil). Sebaran penduduk yang selama ini menumpuk di beberapa dapil besar kini lebih terdistribusi, sehingga suara warga di kawasan pinggiran seperti Lakarsantri dan Sambikerep tidak lagi “tenggelam” oleh padatnya pemilih di wilayah pusat.
Namun demikian, tantangan utama ada pada sisi teknis dan politik.
“Setiap perubahan batas dapil harus dikaji dengan seksama dan berdasarkan data kependudukan terakhir. Prinsipnya, KPU harus siap, dan keputusan harus diambil jauh hari sebelum tahapan Pemilu 2029 dimulai”.
Dari sisi administratif, penyesuaian dapil akan berdampak pada logistik, pembiayaan, dan sistem pengawasan di lapangan. Penambahan dapil berarti pula peningkatan beban kerja penyelenggara dan kebutuhan sosialisasi kepada pemilih.
Analisis Politik: Siapa Diuntungkan di Surabaya?
1. Partai-Partai Besar (PDIP, Gerindra)
Partai besar dengan struktur kuat dan jaringan luas diperkirakan masih menjadi pemain dominan, terutama di wilayah padat penduduk seperti Wonokromo, Tambaksari, semampir, Gubeng dan Sawahan. Basis pemilih loyal dan kekuatan mesin politik yang mapan memberi keuntungan signifikan dalam dapil dengan kursi lebih banyak.
Namun, pemekaran dapil juga bisa membuat persaingan lebih terbuka, karena dominasi satu partai di wilayah tertentu akan berkurang akibat pemisahan administratif baru.
2. Partai Menengah (PKB, PKS, Golkar, PSI)
Partai menengah berpotensi memperluas pengaruh di dapil yang memiliki komposisi masyarakat heterogen, seperti Surabaya Timur (Dapil IV) dan Surabaya Barat (Dapil VII). Dengan strategi komunikasi dan rekrutmen caleg lokal yang kuat, mereka bisa memanfaatkan pembagian baru untuk menambah kursi.
Namun, mereka harus menghadapi tantangan dalam mempertahankan suara di dapil yang diperkecil, karena jumlah kursi menurun bisa membuat ambang batas elektoral lokal semakin ketat.
3. Partai Kecil dan Baru (Demokrat, NasDem, PAN, PPP, PBB, Perindo, Hanura, Ummat, dll)
Pemekaran menjadi 7 dapil sebenarnya membuka celah baru bagi partai-partai kecil. Wilayah dengan 7–8 kursi memberi peluang lebih besar untuk menembus alokasi terakhir, terutama jika mereka fokus di daerah dengan konsentrasi pemilih muda.
Namun di sisi lain, partai kecil tetap menghadapi tantangan serius dari fragmentasi suara. Persaingan antarcaleg di satu dapil yang kecil bisa semakin ketat, dan margin perolehan suara untuk satu kursi semakin tinggi.
Kelebihan Simulasi 7 Dapil
– Representasi politik warga lebih merata
– Perbedaan jumlah penduduk antar dapil relatif seimbang
– Peluang partai kecil memperluas representasi di dapil menengah
– Memudahkan pendekatan politik berbasis wilayah
Kekurangan Simulasi 7 Dapil
– Kompleksitas logistik dan administrasi bertambah
– Potensi resistensi politik dari partai dominan yang wilayahnya terpecah
– Risiko tumpang tindih batas wilayah administratif jika tidak dirumuskan secara jelas
– Sosialisasi kepada pemilih membutuhkan waktu dan biaya tambahan
Kesimpulan Redaksi
Secara keseluruhan, simulasi 7 dapil menjadi opsi paling rasional untuk Surabaya 2029. Pembagian ini tidak hanya memperkuat asas proporsionalitas, tetapi juga membuka ruang kompetisi politik yang lebih sehat antarpartai.
Namun, agar tidak menimbulkan konflik kepentingan, penetapan dapil harus dilakukan secara transparan dan berbasis data. Jika disepakati lebih awal, format baru ini berpotensi mengubah peta politik Surabaya secara signifikan—dari dominasi satu partai menjadi kontestasi yang lebih kompetitif dan representatif. (dk/nw)




