The Legend Of THR, semarakkan HJKS ke 732

PERISTIWA652 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Suasana meriah menyelimuti Surabaya pada Sabtu malam, 17 Mei 2025, saat Festival Rujak Uleg ke-20 digelar di Surabaya Expo Center (SBEC). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732 yang sukses menyedot ribuan pengunjung dari berbagai daerah.

Dengan mengusung tema “The Legend of THR”, festival tahun ini mengajak masyarakat mengenang kembali kejayaan Taman Hiburan Rakyat (THR) sebagai ikon hiburan legendaris warga Surabaya. Lokasi penyelenggaraan yang biasanya di Jalan Kembang Jepun kali ini dipindah ke SBEC, guna memberikan ruang yang lebih luas dan menghindari penutupan jalan utama.

“Pemindahan lokasi ini menjadi solusi agar masyarakat bisa lebih nyaman menikmati festival tanpa mengganggu lalu lintas. SBEC juga memberikan area yang lebih representatif untuk menampung antusiasme warga,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya, Ikhsan.

Sejak sore hari, ribuan warga mulai memadati kawasan SBEC. Mereka datang bersama keluarga maupun komunitas, mengenakan pakaian dan kostum khas daerah yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Semarak festival makin terasa dengan hadirnya puluhan booth kuliner, pertunjukan musik, serta hiburan rakyat lainnya.

Acara dimulai pukul 18.00 WIB dengan parade kostum yang diikuti oleh 34 Organisasi Perangkat Daerah (OPD), 31 kecamatan, 38 hotel, dan berbagai komunitas. Para peserta tampil maksimal dengan busana multi-etnis, menghadirkan suasana yang penuh warna, semangat persatuan, dan harmoni budaya.

Puncak acara dimeriahkan dengan prosesi menguleg rujak di cobek raksasa oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama lima kepala daerah dari Bangkalan, Sampang, Sidoarjo, Gresik, dan Pasuruan. Sebanyak 3.300 porsi rujak uleg disiapkan dan dibagikan secara gratis kepada para pengunjung.

Momen berkesan juga dirasakan oleh salah satu peserta dengan nomor U-37 dari komunitas ojek online perempuan Shejek, yang berhasil meraih penghargaan penyaji terbaik.

“Alhamdulillah, kami sangat bahagia dengan kemenangan ini. Sampai hari H, kami belum punya konsep yang jelas. Karena kami dari ojol Shejek yang semua anggotanya adalah perempuan, dan ini pertama kali kami ikut,” ujar Erny Surjanti Utami, salah satu anggota tim dengan ekspresi penuh haru.

Ikhsan menambahkan, filosofi rujak uleg yang menyatukan beragam bahan mencerminkan kehidupan masyarakat Surabaya yang penuh keberagaman namun tetap harmonis.

“Festival ini tidak hanya tentang kuliner, tetapi juga menggambarkan semangat gotong royong, keberagaman, dan kebersamaan warga kota. Inilah esensi Surabaya yang ingin terus kita rawat,” ungkapnya.

Selain pertunjukan utama, pengunjung juga diajak menyusuri sejarah festival lewat pameran foto dan sarasehan bertajuk Kilas Balik 20 Tahun Festival Rujak Uleg. Dalam kesempatan itu, dipaparkan pula berbagai pencapaian festival, termasuk penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan penetapannya sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Festival Rujak Uleg ke-20 ini tidak hanya menjadi ajang pesta rakyat, tetapi juga momentum memperkuat identitas budaya Kota Pahlawan di tengah arus modernisasi. Semangat gotong royong, kreativitas, dan cinta terhadap warisan lokal tampak menyatu dalam satu cobek besar: Surabaya. (dk/er)