DPRD Surabaya Bongkar Fakta Puskesmas 24 Jam, Imam Syafi’i: Membohongi Publik!

LEGISLATIF523 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Janji layanan kesehatan Puskesmas 24 jam di Surabaya ternyata hanya omong kosong! Fakta ini terungkap setelah Komisi D DPRD Kota Surabaya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tiga Puskesmas 24 jam dan menemukan semuanya sudah tutup sebelum pukul 12 malam.

Anggota Komisi D, Imam Syafi’i, mengungkapkan bahwa saat sidak, beberapa puskesmas bahkan sudah mengunci pagar dan mematikan lampu sejak pukul 23.00. Padahal, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina, sebelumnya menegaskan bahwa seluruh puskesmas di Surabaya beroperasi penuh selama 24 jam, meskipun tanpa kehadiran dokter yang standby.

Janji Manis Vs. Realita Pahit

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD, Nanik mengklaim bahwa pelayanan kesehatan di 63 puskesmas dioptimalkan sesuai standar. Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan ketidaksiapan fasilitas dan tenaga medis.

Baca Juga :  SPBU AKR Ditolak Warga, DPRD Surabaya Soroti Pentingnya Sosialisasi Sebelum Pembangunan

Imam mengungkapkan, di Puskesmas Sidotopo Wetan yang disebut-sebut sebagai puskesmas terbaik di Surabaya pelayanan sangat minim. Bahkan, sopir ambulans terpaksa merangkap sebagai petugas penerima pasien. Di ruang Unit Gawat Darurat (UGD), ditemukan tabung oksigen yang dibiarkan terbuka dan tidak tersedia masker oksigen.

Keadaan lebih buruk ditemukan di Puskesmas Peneleh. Imam dan timnya harus mengetuk pagar berkali-kali sebelum akhirnya dibuka oleh petugas. “Kalau memang niat buka 24 jam, kenapa pintu harus digembok?” cetusnya.

Tak hanya itu, di Puskesmas Ketabang yang baru direnovasi dengan anggaran Rp 5 miliar pagar juga terkunci rapat dan dokter jaga tidak ada di tempat. “Katanya dokter on call, tapi kalau 24 jam harusnya ada dokter yang standby,” tegas Imam.

Baca Juga :  Josiah Michael Desak Aspek Keselamatan Dan Cepat Selesai Proyek Box Culvert Surabaya Barat

Puskesmas 24 Jam: Evaluasi Total atau Hanya Pencitraan?

Berdasarkan temuan ini, Imam menyimpulkan bahwa puskesmas di Surabaya belum siap menjalankan layanan 24 jam. Selain kekurangan SDM, fasilitas dan obat-obatan juga tidak memadai.

“Kalau tidak siap 24 jam, jangan hanya pencitraan. Kalau memang butuh tambahan tenaga medis atau obat, ya harus disampaikan, bukan malah membohongi publik,” tegasnya.

Sidak Puskesmas 24 Jam ini dilakukan untuk memastikan kesiapan puskesmas dalam menangani pasien setelah BPJS Kesehatan mengalihkan 144 jenis penyakit agar cukup ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Namun, dengan kondisi seperti ini, apakah puskesmas benar-benar bisa diandalkan?  (dk/@)

Share and Enjoy !