Reni Astuti Dorong Generasi Muda Lestarikan Budaya Lokal Lewat Semarak Budaya 2025
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 4 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Anggota Komisi X DPR RI, Reni Astuti, berbincang bersama ibu - ibu di sela acara Semarak Budaya di Margorejo Surabaya, Sabtu (1/11/2015) (dk)
DIAGRAMKOTA.COM – Anggota Komisi X DPR RI Reni Astuti menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai benteng identitas bangsa di tengah gempuran budaya asing. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri acara Semarak Budaya 2025 bertema Lomba Jula Juli KSH Surabaya, Festival Rujak Cingur, dan Jajanan Pasar Tradisional di pelataran Asrama Transito Margorejo, Surabaya, Sabtu (1/11/2025).
Acara inisiasi Kementerian Kebudayaan RI kolaborasi dengan Komisi X DPR RI tersebut, dikemas dalam bentuk lomba Jula Juli, seni tutur khas Jawa Timur yang sarat kritik sosial dan pesan moral, serta dimeriahkan dengan penampilan seni Reog, kuliner tradisional Surabaya, dan pameran UMKM lokal.
“Semarak Budaya ini semangatnya adalah mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan budaya Indonesia. Lewat lomba Jula Juli, kita belajar nilai kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian sosial yang menjadi jati diri bangsa,” ujar Reni Astuti di sela acara.
Jula Juli: Seni Kritik yang Menghibur
Menurut Politisi PKS ini, Jula Juli tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai medium edukatif yang mencerminkan kepedulian sosial masyarakat. Dalam pertunjukannya, Jula Juli sering menyelipkan kritik terhadap kebijakan publik dengan cara yang kreatif dan menghibur.
“Dalam Jula Juli itu ada pesan, ada kritik sosial, tapi disampaikan dengan cara yang santai dan berirama. Di situ ada musik, gamelan, dan kreativitas seniman untuk membuat pesan itu sampai tanpa menggurui,” terang Reni.
Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada para seniman legendaris seperti Cak Kartolo dan Cak Basman yang telah berperan besar melestarikan tradisi ini hingga sekarang. Reni berharap generasi muda Surabaya dapat meneruskan estafet pelestarian budaya agar tidak tergerus oleh pengaruh budaya luar.
“Sekarang banyak budaya asing yang masuk. Tugas kita adalah memastikan generasi muda tetap mencintai budaya Nusantara. Lewat kegiatan seperti ini, mereka bisa tahu bahwa budaya lokal itu tidak kuno, justru penuh makna dan nilai kehidupan,” imbuhnya.
Budaya dan Ekonomi Lokal Bergerak Bersama
Selain sebagai ajang pelestarian budaya, Reni menilai kegiatan seperti Festival Rujak Cingur dan Jajanan Pasar juga mendorong perputaran ekonomi masyarakat kecil.
“Di balik makanan tradisional yang disajikan, ada perjuangan pelaku UMKM yang menggantungkan hidup dari jualan harian. Tadi saya sempat tanya, ada yang jual 50 bungkus rujak cingur sehari. Kalau dihitung, penghasilannya bisa bantu keluarga untuk kebutuhan sehari-hari,” jelasnya.
Reni menegaskan, kegiatan budaya yang melibatkan warga sekitar tidak hanya memperkuat identitas lokal, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Karena itu, setiap kegiatan Semarak Budaya diharapkan menggandeng pelaku usaha kecil di sekitar lokasi acara.
Dorong Pemda Lebih Peduli terhadap Situs Budaya
Dalam wawancara tersebut, Reni juga menyinggung soal minimnya perhatian terhadap situs budaya di Surabaya, terutama di kawasan barat yang beberapa di antaranya rusak akibat banjir dan belum tertangani serius oleh pemerintah.
“Kalau memang ada situs-situs budaya yang rusak atau kurang diperhatikan, masyarakat bisa melapor ke camat atau dinas terkait. Nanti saya sampaikan kepada Pemerintah Kota Surabaya agar bisa ditindaklanjuti,” ucapnya.
Sebagai anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata, Reni menyebut pihaknya akan terus mendorong pemerintah daerah menjaga kelestarian situs-situs bersejarah melalui sinergi lintas lembaga.
“Pelestarian budaya tidak cukup hanya diucapkan, tapi harus ada tindakan nyata. Pemerintah daerah punya peran penting, termasuk melalui alokasi anggaran di tingkat provinsi maupun kota,” tegasnya.
Ajakan untuk Transformasi Budaya di Era Digital
Reni juga menyoroti tantangan era digital yang membuat sebagian anak muda lebih tertarik pada budaya populer asing. Karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan edukasi bahwa kesenian tradisional juga bisa dikemas secara modern agar lebih relevan bagi generasi sekarang.
“Mindset ini yang harus diubah. Seni tradisi seperti Jula Juli, Reog, dan ludruk itu bukan hal kuno, justru bisa dikembangkan dengan pendekatan kreatif dan digital agar disukai anak muda,” ujarnya.
Reni Astuti Harap Jadi Inspirasi Menjaga Keberagaman Budaya Indonesia
Reni berharap program Semarak Budaya dapat menjadi model inspiratif bagi daerah lain dalam menjaga keberagaman budaya Indonesia, sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur.
“Surabaya ini kota multi-etnis, ada Madura, Jawa, Arab, hingga Tionghoa. Semangat kebersamaan dalam budaya seperti Jula Juli adalah simbol bahwa keberagaman itu justru memperkuat persatuan,” tutup Reni. [@]
