Hari Guru Nasional 2025 Diwarnai Temuan: Imam Syafi’i Soroti Kenaikan Harga Kantin dan Minimnya Fasilitas SMPN Surabaya
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 12 jam yang lalu
- comment 0 komentar

SMPN 37 Kota Surabaya (dk)
DIAGRAMKOTA.COM — Peringatan Hari Guru Nasional di Surabaya justru memunculkan sorotan serius terkait kondisi sekolah negeri. Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Imam Syafi’i, menemukan sejumlah persoalan krusial saat melakukan inspeksi ke SMPN 37 di Jalan Kalianyar, Kecamatan Genteng, Selasa (25/11/2025). Kunjungan ini dilakukan usai dirinya menerima laporan orang tua murid mengenai dugaan kenaikan harga jajanan kantin yang dianggap memberatkan siswa.
Di lokasi, Imam bertemu Wakasek Kurikulum Dwi Cahyawati dan Wakasek Humas Srimulat Widiarti. Kepala sekolah tidak hadir karena sedang mengikuti upacara Hari Guru di Balai Kota.
Imam mengungkapkan bahwa wali murid mempertanyakan kebijakan sekolah yang menaikkan harga seluruh item jajanan kantin sebesar Rp1.000.
“Misalnya gorengan harga Rp2.000 dijual Rp3.000, ayam geprek dari Rp9.000 menjadi Rp10.000. Artinya ada margin seribu yang diambil setiap item,” ujar Imam.
Pihak sekolah berdalih kebijakan itu telah disepakati pedagang kantin, dan selisih harga tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan pelajar. Namun, Imam menilai pola tersebut tidak transparan dan justru menekan siswa.
“Kalau dihitung, tiap bulan bisa terkumpul Rp2 juta sampai Rp2,5 juta dari tiga sampai empat pedagang. Margin itu terlalu tinggi. Pertama merugikan siswa, kedua bikin dagangan tidak laku dan pedagang ikut rugi,” tegasnya.
Kenaikan Harga Kantin Dinilai Buah dari Minimnya Fasilitas Sekolah
Bagi Imam, persoalan harga kantin hanyalah puncak gunung es dari masalah lebih besar: fasilitas sekolah negeri yang belum memadai. Menurutnya, kekurangan sarana ini mendorong sekolah mengambil langkah-langkah pragmatis yang justru berpotensi kontraproduktif.
“Ternyata fasilitas untuk proses belajar-mengajar di sekolah negeri Surabaya masih belum dipenuhi semua. Akhirnya sekolah atau guru-guru pakai cara sendiri-sendiri,” jelas Imam.
Ironi SMPN 37: Banyak Siswa MBR, Program MBG Tak Juga Menyentuh
Keprihatinan itu makin besar karena SMPN 37 memiliki 261 siswa dari keluarga MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dari total 757 siswa—lebih dari 30 persen. Meski demikian, sekolah ini belum mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Lah, siswa miskin ini… kalau jajanan dinaikkan, apa tidak menambah beban? Padahal sekolah yang jumlah MBR-nya jauh lebih sedikit sudah dapat MBG,” sindir Imam.
Imam turut mengungkapkan fakta baru: dari lebih dari 3.000 sekolah di Surabaya, baru sekitar 80 yang mendapatkan program MBG. Artinya, hanya sekitar 2 persen sekolah yang tersentuh bantuan tersebut.
Hari Guru Nasional: Perjelas Arah Prioritas
Ia meminta pemerintah kota memperjelas arah prioritas, terutama untuk sekolah-sekolah di kawasan padat penduduk dengan tingkat kerentanan kemiskinan tinggi.
“Sekolah di Genteng, Simokerto, Tambaksari, sampai Semampir harus jadi prioritas. Ini menyangkut kebutuhan dasar siswa,” tegas Imam. [@]




