Gelar Soeharto Pahlawan Nasional, Baktiono: Pikirkan Luka Keluarga Korban, Jangan Ganggu Persatuan!
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 22 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Saksi Hidup Kudatuli 1996
Bambang DH pimpin Demo Peristiwa 27 Juli 1996
Baktiono termasuk saksi hidup peristiwa berdarah 27 Juli 1996 (Kudatuli) — penyerangan terhadap kantor DPP PDI yang dipimpin Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro, Jakarta. Peristiwa itu menjadi salah satu bab kelam dalam sejarah demokrasi Indonesia, yang kemudian memicu gelombang reformasi 1998.
“PDI yang dipimpin Ibu Megawati waktu itu diserang. Banyak korban. Kami di daerah, termasuk di Surabaya, juga dikejar-kejar dan ditekan. Itu bukan cerita karangan, semua masih hidup, ada saksinya,” tutur Baktiono.
Sebagai pengurus DPC PDI Surabaya pada masa itu, Baktiono bersama sejumlah kader lain seperti Armuji (yang kini menjabat Wakil Wali Kota Surabaya) dan Budi Ariono, aktif memperjuangkan legalitas PDI pro-Megawati di tengah tekanan rezim Orde Baru.
“Kami bertiga waktu itu menjadi utusan kongres di Asrama Haji Sukolilo. Kami ditekan, tapi tidak mundur. Dari situlah lahir PDI Perjuangan. Ini partai yang berdiri dari darah, air mata, dan pengorbanan rakyat,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa berdirinya PDI Perjuangan bukan hasil instruksi elite, melainkan murni gerakan akar rumput rakyat Indonesia yang menolak penindasan politik.
“Tidak ada instruksi dari Ibu Megawati waktu itu. Rakyatlah yang bergerak. Logo banteng segi lima itu simbol rakyat. PDI Perjuangan lahir dari penderitaan rakyat, bukan dari notaris atau tanda tangan kekuasaan,” tegas Baktiono.
