Aksi Boston: Pemerintah Didesak Penuhi 22 Tuntutan Usai Dianggap Gagal Lindungi Warga

Aksi Damai Diaspora Indonesia di Boston

DIAGRAMKOTA.COM – Pada Jumat, 5 September 2025, warga Indonesia yang tinggal di kawasan Boston, Massachusetts, menggelar aksi damai di Boston City Hall. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, alumni, profesional, dan anggota komunitas masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar Boston. Aksi tersebut bertujuan untuk menyampaikan dukungan terhadap gerakan rakyat di Tanah Air serta menyerukan beberapa tuntutan kepada pemerintah Indonesia yang sedang menjadi sorotan internasional.

Aksi ini digelar setelah situasi demonstrasi di Indonesia yang menimbulkan korban jiwa. Dalam pernyataannya, perwakilan dari diaspora menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya sejumlah warga, antara lain Affan Kurniawan, Septinus Sesa, Iko Juliant Junior, Andika Luthfi Falah, Syaiful Akbar, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Rusmadiansyah, Rheza Sendy Pratama, dan Sumari, serta korban lain yang belum terdata.

“Kami diaspora Indonesia di Boston berkumpul untuk saling mendukung, bergandengan tangan dalam solidaritas dan empati terhadap apa yang terjadi di Indonesia,” demikian pernyataan resmi yang diterima.

22 Tuntutan dan Kritik terhadap Pemerintah

Diaspora Indonesia menyampaikan 22 tuntutan yang merupakan penyempurnaan dari tuntutan 17+8 yang sebelumnya diajukan oleh masyarakat sipil. Mereka menekankan pentingnya transparansi dan penerapan praktik pemerintahan yang baik. Sejak 25 Agustus 2025, kinerja pemerintah dinilai semakin jauh dari harapan. Aspirasi rakyat dianggap diabaikan, bahkan sering ditanggapi dengan “cemoohan, perhitungan asal-asalan, dan justifikasi kebijakan baru yang tidak masuk akal.”

Selain itu, diaspora menuntut penghentian kekerasan aparat, pembebasan demonstran yang ditahan, serta penegakan hukum yang transparan terhadap dugaan pelanggaran HAM selama aksi berlangsung dua pekan terakhir. Mereka juga menyerukan perlindungan hak-hak kelompok rentan, seperti perempuan, penyandang disabilitas, masyarakat Papua, komunitas adat, dan etnis minoritas lainnya.

Aksi Perdana di Ruang Terbuka

Pertemuan damai di Boston City Hall menjadi kesempatan pertama bagi warga Indonesia di kota tersebut untuk bergerak bersama secara langsung, keluar dari ruang digital, dan menyampaikan aspirasi di ruang publik. Mahasiswa, para profesional, hingga warga yang telah lama menetap di Boston hadir untuk menemukan ruang berbagi, saling menguatkan, dan merasakan solidaritas bersama.

Berbagai orasi yang disampaikan berfokus pada satu tujuan, yaitu mendorong masa depan Indonesia yang lebih baik melalui kolaborasi dan aksi nyata.

Komitmen Diaspora: Mengawal Demokrasi dari Luar Negeri

Meski berada jauh dari Tanah Air, diaspora Indonesia di Boston menegaskan tekad untuk terus berperan menjaga kualitas demokrasi. Mereka akan berkonsolidasi dengan organisasi diaspora lain di Amerika Serikat, terutama di bawah jaringan Amerika Bergerak, untuk mengawal tuntutan rakyat dan mendorong reformasi pemerintahan.

“Boston Bergerak akan terus berkonsolidasi dengan organisasi diaspora lain, berbagi praktik baik, dan berkolaborasi memperkuat pemerintahan serta meneguhkan demokrasi Indonesia,” demikian pernyataan resmi mereka.

Aksi damai diaspora Indonesia di Boston menegaskan bahwa kritik dan aspirasi rakyat tidak hanya bergema di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Dengan membawa 22 tuntutan, seruan penghentian kekerasan, hingga perlindungan kelompok rentan, pertemuan ini menunjukkan partisipasi politik masyarakat yang semakin meluas meski terpisah ribuan kilometer dari Tanah Air. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *