Ketimbang Barak Militer, Rasiyo Tawarkan Sekolah Plus Penguatan Iman

DIAGRAMKOTA.COM — Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Dr. Rasiyo, menyampaikan pandangannya terkait fenomena kenakalan remaja yang semakin memprihatinkan. Menanggapi program kontroversial Gubernur Jawa Barat yang mengirim remaja nakal ke barak militer, Rasiyo justru menawarkan pendekatan yang lebih lembut dan menyentuh sisi spiritual anak.(17/0625)

Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan Jatim itu, pendidikan berbasis penguatan iman jauh lebih efektif daripada metode keras semacam pelatihan militer. Ia menilai bahwa penanganan kenakalan anak tak bisa hanya mengandalkan pendekatan fisik semata.

“Barak militer memang menciptakan disiplin, tapi anak-anak yang nakal itu bukan hanya butuh penegakan fisik, mereka butuh disentuh hatinya. Hati hanya bisa diolah lewat penguatan nilai-nilai keimanan,” ujar Rasiyo di Gedung DPRD Jatim, Selasa .

Ia menyebut, penambahan jam pelajaran agama di sekolah merupakan solusi yang lebih aplikatif dan menyeluruh. Menurutnya, pendidikan agama saat ini hanya mendapat porsi sekitar dua jam pelajaran per minggu, padahal peran agama dalam membentuk karakter anak sangat krusial.

“Kalau ditambah dua jam lagi, lalu disertai kegiatan seperti sholat berjamaah, pengajian, atau kajian akhlak, hasilnya bisa luar biasa. Kita bisa lakukan itu tanpa harus membangun fasilitas baru karena sekolah-sekolah sudah punya musala atau ruang kelas yang bisa dimanfaatkan,” terangnya.

Rasiyo juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah dan orang tua. Ia menyarankan agar pertemuan antara guru dan wali murid dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membahas pendekatan pendidikan anak secara komprehensif.

“Orang tua jangan lepas tangan. Pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab sekolah. Kita butuh sinergi yang kuat untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak,” tegasnya.

Ia pun mengingatkan bahwa dalam Islam, pendidikan dimulai dari pembentukan hati. Anak yang sejak dini ditanamkan nilai ketakwaan akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh secara moral dan tidak mudah terjerumus pada perilaku menyimpang.

“Kalau iman tertanam kuat, saya yakin anak itu akan bisa membedakan mana yang benar dan salah. Hatinya akan jadi kompas moral yang memandu setiap langkahnya,” tutup Rasiyo.

Pernyataan Rasiyo ini sekaligus menjadi kritik terhadap pendekatan militeristik dalam menangani kenakalan remaja. Ia mengajak semua pihak untuk kembali mengutamakan pendekatan yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual, moral, dan kasih sayang sebagai landasan dalam pendidikan karakter anak bangsa. (Dk/yud)