Pemprov Jabar Normalisasi Drainase Lembang untuk Cegah Banjir, Bangunan Ilegal Dibongkar
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 53 menit yang lalu
- comment 0 komentar

Satu unit alat berat telah diterjunkan ke lokasi untuk membongkar saluran pembuangan yang sebelumnya tertutup beton serta bangunan ilegal. Bahan hasil pembongkaran langsung diangkut dengan menggunakan truk pengangkut yang sudah siap sedia.
Sementara itu, arus lalu lintas kendaraan di sekitar Pasar Panorama Lembang diatur dengan pemasangan penghalang dari arah Subang menuju Jalan Pasar Panorama. Kendaraan yang datang dari Jalan Maribaya juga dialihkan mulai dari Pertigaan Jalan Sesko AU ke arah Jalan Adiwarta guna mengurangi kemacetan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, setelah pengerukan awal, terlihat struktur saluran pembuangan selebar sekitar 1,5 meter dengan kedalaman 1 meter. Namun, aliran air tidak berjalan secara optimal akibat penumpukan sedimen dan kurangnya perawatan dalam jangka waktu yang lama. Keadaan ini menyebabkan air sering meluap dan menjadi salah satu penyebab banjir di ruas jalan utama Lembang.
Beberapa bangunan yang berada di atas saluran air turut dirobohkan, termasuk warung milik warga dan pangkalan ojek Panorama. Ayi, seorang pedagang yang warungnya terletak di atas saluran pembuangan, mengatakan telah menerima pemberitahuan resmi dari pihak Kecamatan Lembang satu hari sebelum proses perombakan dilakukan.
“Surat diterima tidak lama yang lalu, sementara pada kop surat tertulis dan dikeluarkan pada tanggal 26 November 2025. Ada waktu selama satu hari untuk menyelesaikan urusan,” katanya, Sabtu 29 November 2025.
Ayi juga menyebutkan, meskipun tempat penjemputan ojek telah dirobohkan, pos polisi di sekitar lokasi masih berdiri. Ia memprediksi, bangunan tersebut akan dirobohkan sesuai dengan rencana penataan yang sedang berlangsung. “Jika dilihat dari situasi ini, pos polisi juga pasti akan dirobohkan. Tempat penjemputan ojek baru saja pagi ini dirobohkan,” ujarnya.
Pelaksana proyek di lapangan, Asep Saepudin, menjelaskan bahwa normalisasi ini melibatkan pekerjaan penyeberangan saluran dengan total panjang penanganan sepanjang 160 meter. Dari jumlah tersebut, 40 meter merupakan pembangunan saluran boks di persimpangan jalan, sedangkan 120 meter sisanya berada di sepanjang perbatasan Desa Jayagiri dan Desa Kayuambon. “Sebenarnya ada dua pekerjaan yang dilakukan, dan untuk sistem drainase di sisi kiri dari arah Kayuambon dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda,” katanya.
Proyek pembuatan jembatan penyeberangan di Jalan Raya Lembang dikerjakan oleh CV Mulya Pratama yang berada di Kabupaten Purwakarta dengan anggaran sebesar Rp 963 juta. Pekerjaan dilaksanakan mulai tanggal 21 November hingga 31 Desember 2025.
Jalan ambles
Di tempat terpisah, jalan penghubung antara Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta mengalami ambles di wilayah Kampung Wadon, RT 2 RW 9, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cikalongwetan, KBB. Keadaan ini menimbulkan risiko bagi para pengemudi yang melewati jalur tersebut.
Pengamatan “PR” pada Minggu, 30 November 2025, menunjukkan bahwa lubang yang cukup besar tersebut telah dikelilingi oleh pagar dari bambu. Tujuannya adalah untuk mencegah pengemudi mobil atau pengendara motor melewati bagian jalan yang ambles di bahu jalan. Lokasi lubang tersebut berada dekat dengan area jembatan Cisomang dan Cikadongdong serta tidak jauh dari batas wilayah KBB dan Purwakarta.
Ali Hidayat (87), penduduk Wadon mengungkapkan, kejadian jalan ambles terjadi sekitar 10 hari yang lalu. Awalnya, lubang muncul setelah sebuah truk terperosok di tempat tersebut. “Saya kaget karena mobil saya (terlindas truk),” ujar Ali kepada “PR” di Wadon, siang hari.
Truk tersebut sempat ditarik oleh truk lain agar dapat keluar dari lubang yang muncul itu. Kini, lubang semakin membesar akibat hujan yang turun.
Pendapat serupa disampaikan oleh warga Wadon lainnya, Endang (56). Endang yang berprofesi sebagai tukang sol sepatu mengungkapkan kekhawatirannya jika melewati area yang ambles. “Agak takut, karena tidak terlihat (Sore agak takut, karena lubangnya tidak terlihat),” katanya.
Kemungkinan lubang tambah membesar juga menimbulkan kekhawatiran bahwa tanah di sekitarnya bisa ikut ambles. Endang menambahkan, bahaya mengancam para pengemudi truk yang memarkir kendaraannya di dekat lubang tersebut. Jika tidak mengetahui lokasi lubang itu, kendaraan berat bisa terjebak di sana.
Sama halnya dengan warga dan siswa sekolah, mereka berisiko terjatuh saat melewati tempat tersebut ketika mengendarai sepeda motor. ***





Saat ini belum ada komentar