Pelatihan Darurat Medis 2025 RSUP Kemenkes Surabaya: Tingkatkan Sistem Penanganan Darurat Nasional
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sen, 24 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Workshop dan Simposium ALERT 2025 yang diselenggarakan oleh RSUP Kemenkes Surabaya pada 22–23 November 2025 diikuti oleh 443 peserta dari berbagai institusi kesehatan di Jawa Timur.
Kegiatan ilmiah ini berfungsi sebagai media pertukaran pengetahuan, peningkatan keterampilan, serta koordinasi antar profesi kesehatan dalam mengatasi keadaan darurat.
Kepala Badan Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Azhar Jaya, S.H., SKM, MARS, menekankan bahwa sistem penanganan kegawatdaruratan di Indonesia masih memerlukan banyak peningkatan.
“Sistem darurat atau emergency di Indonesia sudah ada, namun belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu kita tingkatkan efisiensinya,” tegasnya, Minggu (24/11/2025).
Sistem Darurat Dianggap Serius Oleh Kementerian Kesehatan
Ia menjelaskan, perhatian pemerintah terhadap pengembangan sistem darurat saat ini tidak hanya mengarah pada rumah sakit, tetapi juga meliputi layanan dasar seperti puskesmas.
“Kementerian Kesehatan menangani secara serius bagaimana sistem darurat dibangun, tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di puskesmas. Dulu masyarakat hanya mengenal puskesmas sebagai tempat pelayanan dasar, namun kedepannya puskesmas juga harus mampu menangani kegawatdaruratan,” katanya.
Azhar menganggap pelatihan seperti ALERT 2025 sangat penting dalam memperkuat kesiapan tenaga kesehatan serta menciptakan jaringan respons yang lebih cepat dan terpadu.
Di sisi lain, Plh. Direktur Utama RSUP Kemenkes Surabaya, dr. Martha Muliana L.S., SH., MARS., M.H.Kes, mengungkapkan bahwa meskipun rumah sakit mulai beroperasi sejak 20 Januari 2025, dokter dan staf kesehatan sangat antusias dalam berbagi ilmu pengetahuan.
“Kami belum genap setahun beroperasi, tetapi dokter-dokter kami sangat antusias dalam berbagi pengetahuan. Ini bukan tentang merasa paling cerdas, melainkan bagaimana kita memperluas wawasan, bertukar informasi, dan meningkatkan keterampilan agar respons terhadap keadaan darurat semakin optimal,” katanya.
Ia menegaskan, peningkatan kompetensi tidak hanya diperlukan di rumah sakat pusat, tetapi juga di puskesmas, rumah sakit daerah, rumah sakit swasta, hingga fasilitas kelas A seperti RSUP Kemenkes Surabaya.
Koordinasi Multidisiplin
Di sisi lain, tantangan terbesar dalam menangani kegawatdaruratan bukan hanya berkaitan dengan teknologi, melainkan koordinasi lintas disiplin.
“Teknologi seperti CT scan atau robotik memang berkembang, tetapi yang paling utama adalah koordinasi. Mulai dari awal menerima laporan hingga pasien ditangani oleh dokter yang ahli, semuanya harus berjalan cepat dan terpadu,” katanya.
Menurutnya, waktu respons perlu terus-menerus dilatih. Ia memberikan contoh latihan code blue di rumah sakit hingga simulasi penanganan bencana seperti gempa bumi.
“Latihan tersebut harus diulang kembali. Bahkan setelah sering berlatih, saat menghadapi kejadian nyata, tenaga kesehatan bisa tetap merasa kaku. Oleh karena itu, waktu respons perlu terus diasah,” tambahnya.
RSUP Kemenkes Surabaya rencananya akan memperluas program pelatihan ke wilayah-wilayah umum seperti pusat perbelanjaan dan bandara.
“Kami berkeinginan untuk memberikan pelatihan di area umum. Di luar negeri, orang-orang sangat waspada saat terjadi keadaan darurat. Kita perlu menciptakan budaya seperti itu agar masyarakat tidak hanya merekam kejadian, tetapi juga membantu,” tegasnya. ***





Saat ini belum ada komentar