Petik Laut BORMA Jadi Tamparan Keras untuk Perangkat Desa Pulau Mandangin
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sab, 16 Agu 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Ribuan warga Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, Madura, memadati pesisir pantai mulai dari Dusun Keramat hingga pelabuhan dermaga untuk mengikuti tradisi petik laut yang digelar Kampung BORMA, Jumat (12/9/2025).
Tradisi turun-temurun ini menjadi simbol syukur masyarakat nelayan Mandangin atas rezeki laut. Namun, gelaran tahun ini menyimpan pesan keras: acara terlaksana murni dari swadaya warga tanpa sepeserpun bantuan dari Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten.
“Semua biaya berasal dari swadaya dan gotong-royong masyarakat BORMA. Tidak ada bantuan dari desa maupun pemerintah kabupaten,” tegas Ketua Panitia Petik Laut, H. Jauhari, saat ditemui di lokasi.
Rangkaian acara dimulai dengan arak-arakan jitek berisi kepala sapi dan berbagai sesaji dari Lapangan Putra Mandangin menuju makam Bhujhuk Bangsa Carah untuk tahlil dan doa bersama. Usai ritual keliling desa, jitek kemudian dilarung di laut barat daya.

“Alhamdulillah, seluruh rangkaian berjalan lancar. Ribuan nelayan besar maupun kecil ikut melarung sesaji. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan istighosah dan ditutup pengajian umum,” tambah Jauhari.
Di sepanjang bibir pantai, ribuan warga menyaksikan jalannya ritual. Bagi masyarakat Mandangin yang mayoritas nelayan, petik laut bukan sekadar budaya, tapi juga doa bersama untuk keselamatan dan kelimpahan hasil tangkapan.
Calon Kepala Desa Pulau Mandangin, Doni, mengapresiasi inisiatif warga BORMA yang berhasil menghidupkan kembali tradisi ini setelah vakum sejak 2022.
“Kami bangga dengan loyalitas dan dedikasi warga BORMA. Tradisi yang sempat berhenti kini bisa berjalan lagi berkat kekompakan mereka. Ini bukti nyata bahwa solidaritas masyarakat bisa mengalahkan segala keterbatasan,” tegas Doni.

Calon Kepala Desa Pulau Mandangin, Doni
Menurutnya, petik laut harus dijadikan agenda tahunan sebagai warisan budaya sekaligus doa bersama bagi nelayan. “Semoga acara ini membawa berkah dan hasil tangkapan yang melimpah, apalagi saat ini sedang musim paceklik,” ujarnya.
Bagi warga, suksesnya petik laut yang digelar tanpa campur tangan perangkat desa adalah tamparan keras. Tradisi besar ini tetap bisa berlangsung meski tanpa dukungan resmi.
“Jika warga sudah bergerak, tidak ada yang mustahil. Semoga ke depan pemerintah desa tidak hanya menjadi penonton, tapi ikut peduli pada warisan budaya yang menjadi identitas Pulau Mandangin,” pungkas Jauhari. (dk/nw)




