DIAGRAMKOTA.COM – Ketiban duren? Pilwali Surabaya 2024 menghadirkan kejutan yang tak terduga ketika kotak kosong berhasil mendapatkan nomor urut 2 di surat suara. Bagi sebagian orang, ini mungkin tampak seperti kejadian biasa.
Namun, bagi yang lain, ini bisa dianggap sebagai “ketiban duren”—sebuah keberuntungan tak terduga yang membawa berkah tersendiri.
Nomor urut 2, yang biasanya diasosiasikan dengan keseimbangan dan kedamaian, kini justru menjadi semacam simbol keberuntungan bagi para pendukung kotak kosong.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa dalam politik, segala sesuatu bisa terjadi, bahkan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Kotak kosong, yang awalnya dianggap sebagai pilihan tanpa harapan, kini berubah menjadi simbol perlawanan yang kuat terhadap dominasi calon tunggal, sekaligus sebagai ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi politik yang ada.
Mengapa kotak kosong bisa diibaratkan “ketiban duren”? Karena ini adalah kesempatan langka bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan cara yang berbeda.
Ini bukan hanya soal menolak calon tunggal, tetapi juga tentang menunjukkan bahwa dalam demokrasi, setiap suara itu berharga.
Ketiban Duren, Bukan Sekedar Angka Di Surat Suara
Tak hanya itu, bahkan suara yang memilih untuk tidak memilih calon yang ada. Bagi banyak orang, ini adalah keberuntungan yang tidak terduga, tetapi juga sangat berarti dalam konteks perjuangan untuk demokrasi yang lebih sehat dan inklusif.
Dalam konteks Pilwali ini, kotak kosong yang ketiban nomor urut 2 bukanlah sekadar angka di surat suara, tetapi sebuah pertanda bahwa masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk menyuarakan perubahan dan menuntut lebih dari para pemimpin mereka.
Ini adalah momen bagi semua pihak untuk melihat lebih dalam apa yang sebenarnya diinginkan oleh rakyat, dan bagaimana mereka bisa memenuhi harapan tersebut dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab. (Red)