Diagramkota.com – Dalam upaya mencapai cakupan maksimal imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) untuk pencegahan pneumonia dan imunisasi RV (Rotavirus) untuk mencegah diare pada anak, Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo mengadakan pertemuan lintas program dan sektor. Acara yang bertempat di Fave Hotel Sidoarjo pada Selasa (5/11) ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong pencegahan penyakit tersebut secara komprehensif di Kabupaten Sidoarjo.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, dr. Lakhsmie Herawati Yuwantina, M.Kes, membuka kegiatan dengan menyampaikan kekhawatiran mengenai pneumonia dan diare yang masih menjadi ancaman bagi kesehatan anak-anak. Data menunjukkan bahwa pneumonia adalah penyebab kematian bayi dan balita hingga 22%, sedangkan diare menyumbang 1% dari angka tersebut, dengan 71 anak terinfeksi pneumonia setiap jamnya di Indonesia.
“Sekarang telah tersedia vaksin PCV untuk mencegah pneumonia dan vaksin Rotavirus untuk diare, yang terbukti efektif menurunkan kasus di berbagai negara,” ujarnya. Berdasarkan kajian, Kementerian Kesehatan telah mengadopsi imunisasi PCV dan RV sebagai program nasional dengan target 100% cakupan pada 2024.
Di Sidoarjo, catatan penyakit batuk penyebab pneumonia mencapai 8.835 kasus, dan di kalangan balita mencapai 31.256 kasus. Namun, cakupan imunisasi PCV dan RV belum optimal. Data manual menunjukkan cakupan PCV sekitar 80% dan RV sebesar 79,1%, tetapi pencatatan aplikasi ASIK mencatat angka yang lebih rendah, masing-masing 50,2% dan 43,9%. Perbedaan ini menimbulkan komitmen untuk menyelaraskan data dan meningkatkan capaian.
Melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan CHAI, kegiatan ini juga bertujuan mengedukasi masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui manfaat imunisasi baru ini. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat menjadi prioritas agar manfaat vaksin lebih dipahami dan diaplikasikan.
“Para narasumber diharapkan dapat berbagi pengetahuan sehingga kami di Sidoarjo bisa mencapai target yang diharapkan. Meski cakupan sudah tinggi, upaya peningkatan kualitas perlu dilakukan agar kasus pneumonia dan diare bisa ditekan,” tambah dr. Lakhsmie.
Pada kesempatan ini juga dilakukan pelatihan pencatatan manual dan aplikasi ASIK untuk memastikan pencatatan imunisasi terintegrasi dengan baik.
“Kepada teman-teman puskesmas, diharapkan dapat menyampaikan informasi ini kepada masyarakat di wilayah masing-masing agar program imunisasi ini semakin dikenal, pneumonia dan diare pada bayi dan balita dapat dicegah, serta target maksimal bisa tercapai,” pungkasnya.(Dk/di)