Lereng Gunung Slamet Kehilangan Hijau Usai PLTP, Butuh 28 Ribu Pohon
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Rab, 10 Des 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Permukaan lereng Gunung Slamet terlihat berwarna cokelat karena adanya kegiatan eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Secara keseluruhan, terdapat 19,63 hektar lahan yang memerlukan penanaman pohon dengan jumlah total sebanyak 28 ribu pohon.
Baru-baru ini, beredar sebuah unggahan di media sosial yang menampilkan peta 3D dengan tampilan area berwarna cokelat di bagian utara-barat daya gunung yang berbeda dengan hutan di sekitarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas Widodo Sugiri mengungkapkan, gambar tersebut merupakan foto satelit dari kegiatan eksplorasi PLTP Baturraden.
Ia mengira, gambar tersebut adalah foto satelit yang lama. Meskipun demikian, pihaknya tetap merasa cemas terhadap situasi ini.
” Itu adalah lokasi rencana PLTP, gambar tersebut mungkin merupakan citra satelit lama, sebelum tahun 2025. Namun demikian, apapun itu, jika berdasarkan citra satelit tersebut, kami juga memiliki kekhawatiran yang sama,” katanya saat dihubungi, Senin (8/12/2025).
Lokasi tersebut terletak di kawasan hutan lindung Kecamatan Cilongok, Banyumas, yang dapat diakses melalui Kaligua, Kabupaten Brebes.
Dibutuhkan 28.000 Pohon untuk Penghijauan
Berdasarkan penilaian DLH Provinsi Jawa Tengah, perusahaan harus melakukan penanaman kembali di Banyumas seluas 19,63 hektar dengan jumlah total sebanyak 28.829 pohon.
Sugiri menekankan bahwa pemerintah kabupaten tidak memiliki wewenang dalam pemberian izin, tetapi wajib memastikan tidak terjadi dampak buruk dari kegiatan pengelolaan panas bumi.
“Kami terus berupaya, terakhir Kementerian ESDM rencananya akan mengajak kami kembali berkunjung ke lokasi tersebut. Harapannya dapat melihat lebih jelas lagi apa-apa yang perlu diselesaikan terkait penghentian eksplorasi PLTP,” ujar Sugiri.
Ingatkan Peristiwa Banyu Buthek
Sugiri mengingatkan peristiwa pencemaran air “Banyu Buthek” pada tahun 2017 ketika air sungai menjadi keruh setelah dibuka akses jalan untuk eksplorasi PLTP.
“Di citra satelit yang berwarna coklat, terlihat akses jalan menuju wellpad H dan F, yang berada di kawasan Banyumas, dengan aliran air yang masuk ke Curug Cipendok,” katanya.
Sugiri mengatakan kegiatan eksplorasi PLTP telah berhenti beberapa tahun yang lalu.
Pada bulan September, pemerintah kabupaten bekerja sama dengan instansi terkait melakukan survei ke lokasi guna menilai pelaksanaan program revegetasi.
“Meskipun sebelumnya kami sudah pergi ke sana, tetapi atas permintaan gerakan Save Slamet kami lanjutkan. Namun kami hanya mampu sampai di wellpad H, tidak sampai wellpad F karena kendala cuaca dan medan,” katanya.
Laporan pengawasan menunjukkan bahwa penanaman pohon telah dilakukan, namun belum mencapai tingkat yang maksimal.
“Memang pernah dilakukan penanaman kembali, tetapi masih banyak tanaman yang ditanam kembali tersebut mati,” kata Sugiri.
Pemerintah Kabupaten telah menginformasikan situasi ini kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar perusahaan pemegang izin segera menyelesaikan kewajiban reklamasi.
“Jika tidak dilakukan reklamasi dan revegetasi, kami khawatir hal itu akan berdampak pada kondisi ekologis dan ekosistemnya,” katanya.
Masalah Penambangan
Eksploitasi pasir dan batu di kaki Gunung Slamet juga mendapat perhatian.
Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono juga menyampaikan isu-isu yang saat ini menjadi perhatian terkait aktivitas pertambangan di wilayahnya.
Pertama, di kawasan Cilongok yang berbatasan dengan Bumiayu.
Di tempat itu terdapat tambang gas alam yang gagal, dan perusahaan yang bertanggung jawab atas hal tersebut telah menghentikan proyeknya.
Saat ini perusahaan sedang menekuni program penanaman kembali di area tersebut.
Kedua, pertambangan batu di wilayah Baseh, Kedungbanteng, yang menjadi permasalahan bagi masyarakat. Mengenai pertambangan batu tersebut telah ditutup sementara.
Ketiga, penggalian pasir dan tanah di Gandatapa, Baturaden, yang juga menimbulkan masalah dengan masyarakat.
“Hari ini saya akan menyerahkan kepada Gubernur mengenai laporan pertambangan di lokasi-lokasi tersebut. Cilongok sudah ditangani, sedangkan Baseh dan Baturaden masih bermasalah,” kata Sadewo.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menginstruksikan Dinas ESDM membentuk Tim Tugas (Satgas) guna menangani isu tersebut.
“Kami membentuk tim penambangan yang terdiri dari dinas kami, kepolisian, TNI, dan kejaksaan. Besok Dinas ESDM akan segera mengirim surat kepada Polda, Kodam, dan Kejaksaan (untuk tindak lanjut) agar tidak terjadi kesalahan dalam penanganan,” ujar Luthfi dalam keterangan tertulis.
Ahmad Luthfi mengatakan, masalah penambangan yang terjadi di lereng Gunung Slamet perlu menjadi pelajaran bagi seluruh bupati/wali kota lain yang memiliki wilayah tambang dan galian C. ***





Saat ini belum ada komentar