RSUD Dr. Soewandhie Klarifikasi Dugaan Malpraktik yang Viral di Media Sosial

DAERAH943 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COMVideo terkait dugaan malpraktik yang diduga terjadi di RSUD Dr. M. Soewandhie, Surabaya, ramai dibahas di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat seorang pasien berinisial R (68) yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tersebut dilaporkan meninggal dunia setelah dianggap tidak mendapatkan perawatan yang memadai.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama RSUD Dr. M. Soewandhie, dr. Billy Daniel Messakh, menjelaskan bahwa seluruh prosedur telah dijalankan sesuai standar medis yang berlaku ketika pasien pertama kali dibawa ke IGD pada Jumat dini hari, 1 November 2024. Menurutnya, tuduhan malpraktik tersebut tidak berdasar karena pasien telah ditangani secara profesional oleh tim medis.

“Saat pasien R tiba dalam keadaan tidak sadar, tim medis kami segera memberikan penanganan darurat sesuai prosedur agar kondisi pasien bisa segera ditangani,” jelas dr. Billy pada Sabtu (2/11/2024).

Baca Juga :  Resmi Dibuka, RSUD Eka Candrarini Utamakan Layanan Ibu dan Anak

Dari pemeriksaan awal, pasien diketahui mengidap diabetes yang cukup parah sehingga menyebabkan pasien kehilangan kesadaran. “Kondisi gula darah yang sangat tinggi memicu komplikasi, termasuk gangren di kaki yang sudah menyebar hingga ke otak, sehingga memerlukan penanganan segera di IGD,” tambahnya.

Tim medis juga melakukan kontrol terhadap kadar gula darah pasien, yang awalnya tercatat sangat tinggi pada angka 335, sebelum kemudian berhasil diturunkan menjadi 105 setelah diberikan obat-obatan.

“Penanganan yang dilakukan membuktikan bahwa tuduhan kami tidak melakukan apa-apa tidak benar,” ungkap dr. Billy.

Karena infeksi yang telah menyebar ke seluruh tubuh, tim medis di IGD terus memantau kondisi pasien, meski akhirnya kesadarannya tidak pulih. Pasien tetap berada di IGD untuk mendapatkan pengawasan intensif, karena kondisinya belum memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang perawatan atau rumah sakit lain.

Baca Juga :  Kekompakan Tiga Pilar Simokerto Pastikan Keamanan Pengiriman Logistik Pilkada 2024

Pada malam 31 Oktober 2024, tim medis menyampaikan kondisi pasien yang memburuk kepada pihak keluarga. Namun, keluarga tidak menerima penjelasan tersebut dan menganggap bahwa pihak rumah sakit kurang serius dalam menangani pasien.

Hal ini memicu protes dari keluarga yang datang bersama sejumlah massa ke IGD, bahkan sampai memblokir akses masuk ruangan dokter, yang menghambat upaya medis untuk memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien.

“Kami sangat menyayangkan tindakan blokir tersebut karena menghambat penanganan medis pada saat kondisi pasien dalam keadaan kritis,” ucap dr. Billy. Ia juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kepergian pasien.

Di sisi lain, Kepala IGD RSUD Dr. M. Soewandhie, dr. Ariyanto Setyoaji, menjelaskan bahwa tim medis sudah memberikan penanganan awal sejak pasien tiba, termasuk pemberian cairan infus, oksigen, antibiotik, dan pemeriksaan laboratorium. Pasien juga ditempatkan di ruang khusus untuk pengawasan intensif.

Baca Juga :  Kolaborasi Kemendag dan Bank Jatim, UMKM Siap Mendunia

“Pasien ditempatkan di ruang khusus yang memudahkan observasi karena kondisinya mengancam nyawa,” ungkap dr. Ariyanto. Selain itu, pasien juga dirawat oleh dua dokter spesialis untuk memastikan penanganan yang tepat.

Agar kondisi pasien tetap terpantau, tim medis melakukan kontrol terhadap kadar gula darah dan pemberian oksigen, serta infus dengan kadar natrium yang tinggi. Meskipun sempat menunjukkan perbaikan, kondisi pasien kembali menurun akibat infeksi berat.

Karena stabilitas kondisi yang belum memadai, pasien tetap dirawat di IGD untuk pengawasan intensif. “Keputusan merawat pasien di IGD diambil demi memastikan kondisi pasien terus terpantau dengan ketat,” pungkas dr. Ariyanto. (dk/nns)

Share and Enjoy !