Kisah Eka Wahyu: Sukses Jahit dari Surabaya ke Luar Negeri
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 6 jam yang lalu
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Usaha rumahan di Surabaya berhasil menarik perhatian pasar global. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bernama Decak Handmades secara rutin mengirimkan produk dekorasi rumah dan kerajinan ke luar negeri.
UMKM Decak Handmades, adalah milik Eka Wahyu Setyowati, warga Bendul Merisi, Surabaya. Perjalanan kesuksesan ini dimulai dari hobi menjahit.
Eka mengakui tidak menyangka produk yang dibuatnya kini bisa dinikmati hingga ke luar negeri. “Awalnya hanya hobi, belajar menjahit dari tetangga lalu ikut pelatihan di Jakarta. Pada tahun 2019 saya mulai mencoba membagikan dan memperdagangkan hasil karya saya,” kata Eka Wahyu saat diwawancara di rumahnya, Selasa (25/11).
Produk pertama yang dihasilkan Eka adalah selimut. Namun, ukurannya yang besar membuatnya sulit dibawa ke pameran dan menjadi pertimbangan bagi pengunjung dalam membeli produk berukuran besar.
Eka Wahyu mulai memproduksi barang yang lebih kecil seperti sarung bantal, taplak meja, hingga hiasan dinding. Kesempatan untuk mengikuti pameran nasional oleh Kementerian Koperasi sempat meningkatkan semangatnya, namun pandemi datang tidak lama setelahnya.
“Waktu itu penuh semangat tetapi tiba-tiba segalanya terhenti. Akhirnya saya kembali belajar bisnis online,” kata Eka Wahyu.
Saat terjadi kekurangan masker, Eka berusaha membuat masker kain dengan gaya unik. Barang ini akhirnya menjadi awal masuknya ke pasar global.
“Masker itu menjadi intinya. Desain saya pernah dikirim ke Prancis, Turki, dan Brunei. Masker memberikan kehidupan bagi kami selama pandemi,” ujar Eka Wahyu.
Sekarang Decak Handmades dikenal berkat produk yang terbuat dari kain lokal Nusantara, seperti batik, lurik, dan ecoprint. Bahan-bahan ini biasanya digunakan dalam dunia fesyen, tetapi Eka memadukannya menjadi dekorasi rumah dengan nuansa Indonesia.
Barang kesukaan pelanggan saat ini mencakup bantal, tas belanja, dan cendera mata acara. Harganya berbeda mulai dari Rp 45 ribu untuk gantungan kunci hingga Rp 5 juta untuk produk mewah seperti selimut.
“Pasar dekorasi rumah memang tidak sebesar pasar fesyen. Oleh karena itu, saya mengikuti berbagai kurasi dan pameran agar jangkauan pasarnya menjadi lebih luas,” ujar Eka Wahyu.
Menurut Eka Wahyu, mengikuti kurasi justru membantu membangun mental pelaku UMKM dalam bersikap percaya diri dan menjaga standar kualitas. Meskipun permintaan dari luar negeri cukup besar, proses distribusi masih terbatas. Mayoritas produk dibawa langsung oleh pembeli dan dijual kembali di negara tujuan.
“Banyak pasar internasional yang menyukai dekorasi rumah dengan nuansa Indonesia sebagai oleh-oleh. Pernah mengirim ke Kanada dan Australia dengan cara carry sendiri. Sekarang kita sedang proses ekspor ke Brunei Darussalam dan sudah mengirimkan sampel,” tambahnya.
Produk tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu karya seni yang dibuat bersama tim dan produk massal seperti suvenir yang memberdayakan warga sekitar.
Eka merancang desain dan memotong bahan, sementara warga yang lain melakukan proses penjahitan terhadap produk tersebut. Ia berharap Decak Handmades semakin dikenal tidak hanya di Surabaya, tetapi juga di tingkat internasional. Saat ini, produk dekorasi rumah dan kerajinan tangan dikirim secara rutin ke berbagai negara, mulai dari Kanada, Turki, India, Australia hingga Brunei Darussalam.
“Harapannya ini bisa menjadi contoh bahwa hobi, jika dijalani dengan serius, dapat menjadi peluang yang besar,” tutup Eka Wahyu. ***





Saat ini belum ada komentar