Hari Pahlawan 2025, Apresiasi Langkah Kepemimpinan Humanis Eri Cahyadi: Membina bukan Menghukum
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sen, 10 Nov 2025
- comment 0 komentar

(foto: Hari Agung)
DIAGRAMKOTA.COM – Hari Pahlawan 2025, 10 November selalu mengingatkan kita pada semangat para pahlawan yang rela berkorban untuk membela rakyatnya. Namun, makna sesungguhnya dari kepahlawanan bukan hanya tentang pengorbanan fisik dalam medan pertempuran, tetapi juga tentang keberanian moral untuk membela yang benar—bahkan ketika tekanan begitu besar untuk melakukan sebaliknya.
Di momentum Hari Pahlawan 2025 ini, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menunjukkan bentuk kepemimpinan yang relevan dengan semangat kepahlawanan: keberanian untuk membela anak buahnya di tengah badai tekanan publik. Ketika admin media sosialnya, Hening Dzikrillah, viral karena kesalahan teknis yang tidak disengaja, Eri tidak memilih jalan mudah dengan memecat atau “mengorbankan” Hening demi meredam kritik. Sebaliknya, ia memilih jalan yang lebih sulit namun lebih bermartabat: membina, melindungi, dan memberikan kesempatan kedua.
Inilah esensi kepemimpinan pahlawan di era modern—bukan tentang mengorbankan anak buah untuk menyelamatkan citra, tetapi tentang membela mereka yang berada di bawah tanggung jawabnya, sambil tetap menegakkan pembelajaran dan pertanggungjawaban. Di saat banyak pemimpin memilih popularitas instan dengan langkah represif, Eri memilih integritas dengan pendekatan pembinaan. Semangat ini sejalan dengan nilai-nilai kepahlawanan: pengorbanan untuk kepentingan yang lebih besar, keberanian mengambil jalan yang sulit namun benar, dan komitmen pada kemanusiaan.
Dalam era media sosial yang serba viral, kesalahan sekecil apapun dapat dengan cepat menjadi sorotan publik. Namun, bagaimana seorang pemimpin merespons kesalahan anak buahnya justru menjadi cerminan sejati kualitas kepemimpinannya. Kasus admin media sosial Wali Kota Surabaya, Hening Dzikrillah, yang viral karena percakapan candaan yang tidak sengaja terekam saat siaran langsung, telah menjadi ujian kepemimpinan bagi Eri Cahyadi—dan ia lulus dengan gemilang.
Keputusan Eri Cahyadi untuk menonaktifkan sementara, bukan memecat Hening, sambil memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, layak mendapat apresiasi. Langkah ini bukan hanya menunjukkan kepedulian terhadap masa depan anak muda, tetapi juga sejalan dengan prinsip-prinsip manajemen SDM modern dan bahkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pembinaan pegawai.
