PKL RT 10 Jadi Korban, Konflik Posko Kalilom Makin Panas

DIAGRAMKOTA.COM – Konflik terkait keberadaan posko di depan makam Kalilom Lor Indah, wilayah RW 10, semakin meruncing. Warga Pedagang Kaki Lima (PKL) di RT 10 merasa menjadi korban dari konflik internal yang diduga kuat melibatkan sejumlah oknum pengurus RT. Mereka menilai ketidakmampuan Ketua RW 10 dalam menyelesaikan masalah justru memperkeruh suasana.

Saiful Bahri, salah satu warga sekaligus keluarga dari PKL RT 10, menilai adanya ketidakadilan dalam penertiban yang hanya menyasar wilayahnya.

“Kalau memang ini persoalan pribadi antara pemilik posko dan oknum RT yang protes, kenapa kami warga kecil jadi korban? Seharusnya Pak RW lebih bijak. Jangan karena tidak mampu menyelesaikan masalah, kami yang harus menanggung akibatnya. Apalagi yang ditertibkan hanya PKL di RT 10, ini terkesan pilih kasih,” tegas Saiful kepada awak media.

Baca Juga : Warga Kalilom Gugat Kesewenangan Camat Kenjeran

Saiful juga menyinggung rencana pembangunan Sentra Wisata Kuliner (SWK) yang sempat direncanakan, namun batal akibat konflik serupa.

“Kita sudah mengalah. Dulu rencana bangun SWK batal karena konflik antara Pak Solikhin dan beberapa pengurus RW-RT. Lahannya malah dijadikan makam. Kalau memang kami harus pindah, bangunkan dulu tempat baru. Jangan asal gusur. Apa Pak RW dan RT siap menanggung beban ekonomi warga PKL yang cuma ingin bertahan hidup?” tambahnya.

Saiful Bahri, yang juga merupakan pengurus LSM LPPR (Lembaga Pengaduan dan Pembelaan Rakyat) Jawa Timur, menegaskan akan terus mengawal persoalan ini karena menyangkut nasib warga kecil.

Sementara itu, Solikhin, pemilik posko yang dipermasalahkan, menyampaikan bahwa ada indikasi kuat keterlibatan beberapa pihak dalam konflik ini. Melalui pesan WhatsApp yang ditunjukkan kepada media, ia mengungkap adanya tekanan dari dua oknum RT berinisial SG dan DM.

“Saya yakin sejak awal ada yang menginginkan ini terjadi. Kenapa hanya PKL di RT 10, khususnya gang Sedap Malam, yang diundang rapat? Ini janggal. Dalam pesan RW yang saya simpan, disebut bahwa semua tergantung dua RT itu. Ini makin menguatkan dugaan saya kalau Pak RW tidak netral atau malah bermain dalam persoalan ini,” ujar Solikhin.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak RW 10 belum bisa memberikan klarifikasi resmi kepada media terkait tudingan dan konflik yang terus membesar. (dk/nw)