Menurutnya, berbagai peristiwa masa lalu masih dapat dikenali melalui sejumlah tempat atau tetenger hingga saat ini. Ini menjadi modal penting bagi pewarisan sejarah pada generasi selanjutnya untuk menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta membangun karakter.
“Surabaya menyimpan banyak kisah perjuangan, kepahlawanan, dan narasi kebangsaan Indonesia. Ini menjadi modal untuk membangun kesadaran nasionalisme dan memperkuat wawasan kebangsaan bagi generasi penerus. Ini bisa dilakukan melalui cara-cara kreatif, seperti wisata kebangsaan ke tempat-tempat bersejarah,” ungkap Adi.
Api perjuangan Bung Karno, kata Adi, diwujudkan dalam praktik pemerintahan Kota Surabaya saat ini untuk menyejahterakan masyarakat, terutama lapisan orang kecil atau wong cilik.
“Bung Karno pada 1946 pernah menulis, ‘Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan tanpa mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.’”
Di pemerintahan Kota Surabaya, biaya pendidikan di SD Negeri dan SMP Negeri dibebaskan. Bantuan seragam juga diberikan kepada pelajar yang tidak mampu.
Di bidang kesehatan, dilakukan pembebasan biaya pengobatan dan perbaikan akses pelayanan kesehatan. Pemerintah dan masyarakat terus berupaya mengentaskan kemiskinan.