Diagram Kota Surabaya – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memberikan bantuan alat tangkap ikan kepada para nelayan di dua lokasi berbeda sebagai upaya meningkatkan penghasilan mereka. Bantuan ini diserahkan di Jalan Kejawen Lor Gang 5/26, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, dan di Jalan Tambak Wedi Barat, Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran.
Di lokasi pertama, Wali Kota Eri memberikan paket bantuan yang terdiri dari 5 set mesin perahu, 16 jaring ukuran 1,5 inci, dan 23 jaring ukuran 6 inci. Bantuan ini ditujukan untuk 8 Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan. Sementara di lokasi kedua, bantuan yang diberikan berupa 5 unit jaring ukuran 1,5 inci dan 30 unit baling-baling perahu untuk 6 KUB Nelayan.
Wali Kota Eri berharap dengan bantuan ini, para nelayan dapat meningkatkan pendapatan mereka, sehingga mampu melakukan pemeliharaan perahu secara mandiri. “Jangan sampai kita memberikan sesuatu, tapi tidak ada pendapatan lebih yang bisa disimpan. Saya minta ada pendampingan juga dari pemkot secara rutin, karena setelah kita memberikan bantuan, kita harus tahu berapa naiknya penghasilan mereka,” ujar Wali Kota Eri, Selasa , 21 Mei 2024
Selain memberikan bantuan, Wali Kota Eri juga berdiskusi langsung dengan para nelayan untuk mendengarkan kebutuhan dan keinginan mereka. Beberapa solusi pun disepakati bersama para nelayan. “Kita punya skala prioritas, ini menjadi pembelajaran untuk pemerintah kota dalam menghitung. Saya minta nanti untuk mengadakan Musrenbang. Kalau kebutuhan masing-masing KUB dipenuhi, maka naiknya pendapatan mereka jadi berapa,” jelasnya.
Wali Kota Eri meminta jajaran PD, camat, dan lurah untuk menyusun perencanaan yang tepat. Misalnya, melalui pemberian bantuan alat tangkap ikan, penghasilan nelayan akan meningkat menjadi sekian. Pasalnya, masing-masing KUB memiliki kebutuhan yang berbeda. “Umpamanya, KUB terdiri dari 100 nelayan, tahun ini dapat intervensi 50, maka tahun depan intervensi 50 lagi. Maka KUB ini sudah selesai. Ketika sudah selesai, mereka harus mendapatkan penghasilan yang lebih,” terangnya.
Wali Kota Eri juga menyoroti kebutuhan utama nelayan, yaitu bahan bakar. Di Kota Surabaya, tidak semua nelayan menggunakan bahan bakar solar; beberapa menggunakan bahan bakar lain yang harus dibeli secara eceran dengan harga lebih tinggi. “Kalau bahan bakar yang solar, insyaallah kita sudah kerja sama dengan kementerian untuk membentuk pom mini. Yang di sana boleh mengambil adalah khusus nelayan untuk solar. Tapi yang bensin ini, saya tanya beli di mana? Mereka bilang, beli eceran karena di pom bensin tidak boleh membeli dengan jerigen,” ujarnya.
Wali Kota Eri berencana melakukan kerja sama dengan Pertamina untuk memudahkan nelayan membeli bahan bakar dengan harga yang lebih terjangkau. “Pemerintah akan melakukan subsidi terhadap harga tadi. Kalaupun tidak diperbolehkan, maka pemkot akan membangun pom mini yang ambil dari Pertamina. Insyaallah, semoga kalau kita bisa koordinasi dengan Pertamina, di bulan depan sudah bisa jalan, nanti pemerintah akan mensubsidi dengan jumlah bensinnya,” kata dia.
Wali Kota Eri menegaskan pentingnya transparansi dan tanggung jawab dari koordinator nelayan terkait pengeluaran bahan bakar. “Saya ingin memberikan pembelajaran, jadi koordinator nanti akan bertanggung jawab terhadap keluarnya bensin. Harus ada kejujuran, kalau 10 L, iya harus 10 L. Di laut cuma butuh 50 L, iya harus 50 L. Tidak semua dihitung, kalau dia tidak melaut,” tuturnya.
Dengan kebijakan ini, diharapkan nelayan tidak perlu lagi membeli bahan bakar dengan harga lebih mahal dari harga normal, sehingga kebutuhan lainnya tidak tertekan. “Selama ini mereka belinya ke eceran, harganya Rp12.000. Insyaallah di bulan depan, jika saya sudah bekerja sama dengan Pertamina atau subsidinya bagaimana nanti, nelayan tetap mendapatkan harga Rp10.000 seperti beli di pom bensin,” pungkasnya. (dk/nw)