Jejak Marsinah di Kampung Halamannya Nganjuk: Keluarga Tidak Mengubah Kamar yang Pernah Dia Impikan
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sel, 11 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Marsinah, seorang aktivis buruh yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, memiliki jejak yang masih terasa hingga kini di kampung halamannya. Di Desa Nglundo, Nganjuk, kota kecil di Jawa Timur, nama Marsinah terabadikan dalam berbagai bentuk penghormatan. Patungnya didirikan, jalan utama diberi namanya, dan bahkan ada pondok bersalin desa yang juga dinamai sesuai dengan identitasnya. Setiap peringatan Hari Buruh, ribuan orang datang untuk berziarah ke makamnya, menunjukkan betapa besar pengaruh dan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat terhadap sosok ini.
Perjalanan Kehidupan Marsinah
Marsinah lahir dari keluarga sederhana. Ia tinggal bersama pamannya, Sini, sejak kecil. Saat itu, ibunya meninggal dalam proses persalinan, sehingga Sini dan suaminya mengambil alih tanggung jawab merawat Marsinah. Meskipun hidup dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, Marsinah tumbuh menjadi sosok yang kuat dan penuh semangat. Pada akhir Maret 1993, ia pulang ke rumah untuk merayakan Idulfitri, sebuah momen yang tak terduga akan menjadi satu-satunya kesempatan ia melihat keluarganya sebelum wafat.
Kejadian Tragis yang Mengubah Segalanya
Pada 8 Mei 1993, kabar duka datang. Marsinah ditemukan meninggal dunia di Hutan Wilangan, Nganjuk. Kabar tersebut membuat Sini terkejut dan sedih. Dari awal perjalanan menuju rumah sakit, ia terus berdoa agar kabar tersebut tidak benar. Namun, harapan itu pupus. Marsinah meninggal dalam keadaan yang masih membingungkan bagi banyak orang.
Kamar yang Tidak Pernah Diubah
Di tengah-tengah rumah Sini, terdapat ruangan kecil yang selama ini tidak pernah diubah. Ruangan tersebut memiliki ukuran sekitar 5 x 5 meter dan merupakan tempat di mana Marsinah memiliki cita-cita untuk membangun tiga kamar. Ketiga kamar ini rencananya akan digunakan untuk adiknya, Wijiati, neneknya, Puirah, dan dirinya sendiri. Meski hanya berupa sekat-sekat dari tripleks berwarna hijau, ruangan ini tetap dipertahankan oleh keluarga. Setiap Idul Fitri dan hari besar lainnya, Marsinah pulang dan melanjutkan renovasi kamar yang menjadi impian hidupnya.
Penghormatan yang Tak Pernah Berakhir
Hingga saat ini, kampung Nglundo masih menyimpan kenangan tentang Marsinah. Banyak warga yang datang untuk berziarah, membawa bunga dan doa. Patung Marsinah yang berdiri tegak menjadi simbol penghormatan yang tak tergantikan. Bahkan, jalan utama di desa ini diberi nama Marsinah, mengingatkan setiap pengunjung akan perjuangan dan dedikasinya.
Warisan yang Terus Berlanjut
Meskipun waktu telah berlalu, warisan Marsinah tetap hidup dalam benak masyarakat. Keluarga dan warga desa terus menjaga nilai-nilai yang diperjuangkannya. Dengan menjaga kamar yang tidak pernah diubah dan memperkuat ingatan akan keberadaannya, mereka memberikan penghormatan yang layak bagi seorang pahlawan nasional. Inilah cara masyarakat Nglundo menghargai perjuangan Marsinah yang tak pernah terlupakan. ***

Saat ini belum ada komentar