Cahaya di Ujung Perjalanan: Yusuf Saadudin, Sang Dirut bjb, Meninggal Saat Puasa
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Jum, 14 Nov 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Kota Kembang tampaknya turut merundung, Jumat 14 November 2025. Kabut kesedihan yang tebal mengelilingi keluarga besar PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb). Salah satu putra terbaiknya, Direktur Utama bank bjb, Yusuf Saadudin bin Syahidin, telah kembali ke hadirat Allah.
Pergiannya pada pukul 00.29 WIB dini hari kemarin tidak hanya meninggalkan celah besar di dunia perbankan daerah, tetapi juga kisah akhir yang indah dan menyentuh hati.
Di rumah keluarga, Jalan Gamelan, Kota Bandung, suasana penuh haru terasa. Para pengunjung berdatangan bergantian untuk berdoa. Di antara mereka, berdiri tegak Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman.
Herman tidak hadir hanya sebagai wakil Pemprov Jabar atau Dewan Komisaris bjb. Pada pagi itu, ia merupakan anggota keluarga, seorang teman dekat, yang mewakili rasa duka dari seluruh keluarga besar.
Setelah ikut melakukan shalat jenazah di Masjid Al Hasan yang dekat dengan rumah duka, Herman duduk di depan para tamu belasungkawa. Suaranya gemetar, tetapi penuh kekuatan saat menyampaikan ucapan duka.
“Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali,katanya, memulai rangkaian kenangan di masjid itu pada Jumat 14 November 2025.
Herman mengatakan, kepergian almarhum sebagai seorang kakak, suami, dan ayah, meninggalkan lubang kosong yang sulit terisi. Dengan nama keluarga besar, ia meminta pengertian dan kesediaan untuk memberi maaf yang luas atas segala kesalahan almarhum selama hidupnya.

“Sepanjang hidupnya, kami menyadari, beliau adalah manusia biasa yang tidak terhindar dari kesalahan dan dosa,” kata Herman dengan nada rendah hati.
Namun, di balik rasa sedih yang mendalam, terdapat sebuah kesaksian besar yang memberikan sedikit ketenangan kepada keluarga. Sebuah tanda kasih dari Sang Pencipta pada akhir masa hidup hamba-Nya.
Kesaksian di Penghujung Hayat
Herman Suryatman membagikan sebuah pengalaman pribadi yang mengharukan. Ia menekankan bahwa almarhum merupakan sosok yang baik, sederhana, dan sangat taat dalam menjalankan ibadahnya.
“Saya melihat secara langsung, almarhum merupakan seseorang yang baik,” ujar Herman.
Fakta yang paling menyentuh, menurut Herman, adalah keadaan almarhum saat menghembuskan napas terakhir. Yusuf Saadudin meninggal dunia dalam kondisi sedang menjalankan ibadah puasa.
“Insya Allah, beliau meninggal sementara berpuasa dan selalu menjaga sholatnya,” ujar Herman.
Ia menjelaskan rangkaian kejadian pada saat-saat terakhir almarhum. Mulai dari dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 15.00 WIB pada hari Kamis, hingga meninggal pada pukul 00.29 WIB yang sudah memasuki hari Jumat, almarhum belum sempat berbuka puasa.
“Sejak masuk ke rumah sakit hingga meninggal dunia, almarhum belum sempat berbuka puasa,” katanya.
Bukti ini, bagi keluarga dan kerabat, menjadi penghiburan. Sebuah gambaran kehidupan yang dijalani dengan kesadaran penuh terhadap Sang Pencipta. Meninggal pada hari Jumat, dalam keadaan suci berpuasa, adalah harapan banyak umat.
“Ini merupakan gambaran dari kehidupan yang dijalani dengan kesadaran akan Sang Pencipta, meninggalkan contoh teladan bagi mereka yang ditinggalkan,” ujar Herman.
Amanah dan Warisan Profesional
Di tengah suasana yang tenang, Herman juga menegaskan tanggung jawab dunia, khususnya mengenai hutang piutang. Ia meminta kepada siapa pun yang masih memiliki hubungan dengan almarhum untuk segera menghubungi keluarga, sebagai komitmen dalam menyelesaikan segala urusan duniawi.
Jenazah almarhum, setelah dilakukan shalat jenazah di Masjid Al Hasan, kemudian dibawa kembali untuk disalatkan di wilayah Gedebage, tempat almarhum dikenal memperkuat ilmu agamanya bersama para santri sebelum akhirnya dikuburkan di TPU Rancacili.
Pergiya Yusuf Saadudin tidak hanya menyedihkan keluarga. Bank bjb, lembaga yang ia pimpin, juga merasakan kehilangan yang sama besar.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan bank bjb, Herfinia, dalam pernyataan resmi, menyebut almarhum sebagai seorang pemimpin strategis dengan dedikasi yang luar biasa.
“Kami sangat kehilangan figur pemimpin yang memberikan kontribusi luar biasa terhadap perkembangan dan perubahan bank bjb,” kata Herfinia.
Di mata karyawan bjb, Yusuf merupakan tokoh utama dalam perluasan layanan digital, percepatan operasional bisnis, serta penguatan sistem tata kelola perusahaan. Ia diakui sebagai sosok yang memiliki visi, tetapi tetap rendah hati dan memperhatikan pertumbuhan sumber daya manusia.
“Ketulusan, komitmen, serta prinsip-prinsip yang beliau tanamkan akan menjadi warisan berharga bagi seluruh karyawan bank bjb,” ujar Herfinia.
Kini, sang ahli teknokrat perbankan itu telah menyelesaikan perjalanannya. Ia pergi tidak hanya meninggalkan warisan profesional berupa prestasi yang luar biasa, tetapi juga warisan spiritual tentang bagaimana seorang hamba menutup pengabdiannya di dunia: dalam kondisi terbaik, dalam pelukan puasa.
Pada kesempatan itu, terlihat beberapa tokoh yang turut menghadiri prosesi kematian almarhum. Nampak Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, Wakil Ketua DPRD Jabar M.Q Iswara serta sejumlah pejabat lain dari Pemprov Jabar.***





Saat ini belum ada komentar