Daerah Rawan Longsor di Jawa Timur Perlu Diperhatikan
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sab, 22 Nov 2025
- comment 0 komentar

(ilustrasi)
DIAGRAMKOTA.COM – Jawa Timur sedang menghadapi musim hujan yang dimulai pada akhir tahun 2025. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya bencana alam, khususnya tanah longsor. Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, menyoroti pentingnya persiapan dan pencegahan untuk mengurangi dampak bencana tersebut.
Wilayah Terancam Longsor
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim bersama stakeholder terkait, sejumlah daerah di Jawa Timur dinyatakan rawan longsor. Daerah-daerah ini meliputi wilayah pegunungan seperti Gunung Wilis dan Gunung Ijen. Selain itu, sabuk daerah dari Pacitan hingga Ponorogo dan Trenggalek juga menjadi area perhatian. Di Dampit dan Lumajang, serta daerah Gumitir, potensi longsor sangat tinggi.
Pemetaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat dan pemerintah setempat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Emil Dardak menekankan bahwa kejadian bencana harus dihindari sebisa mungkin, terutama dalam hal korban jiwa.
Teknologi LIDAR untuk Deteksi Risiko
Salah satu inovasi yang digunakan adalah teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging). Teknologi ini dikembangkan oleh Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) dan merupakan metode penginderaan jauh aktif yang menggunakan sinar laser untuk mengukur jarak, pergerakan, dan karakteristik permukaan bumi secara presisi.
Dengan LIDAR, para ahli dapat mengetahui ketebalan lapisan atas tanah atau top soil. Jika lapisan ini terlalu tebal dan terkena air hujan, maka akan lebih rentan terjadi ambrol atau longsoran. Teknologi ini juga digunakan dalam perbaikan infrastruktur, seperti pembuatan bored pile pada jalan menuju Gumitir agar struktur bangunan lebih stabil.
Langkah Pencegahan dan Kesadaran Masyarakat
Selain penggunaan teknologi, pemerintah juga melakukan berbagai upaya pencegahan lainnya. Salah satunya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi bencana. Warga yang tinggal di sekitar daerah pegunungan diimbau untuk tetap waspada, terutama saat hujan deras terjadi.
Emil Dardak juga menyarankan agar masyarakat mempersiapkan rencana evakuasi dan memastikan jalur-jalur darurat tersedia. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dan menjaga keselamatan jiwa.
Pentingnya Kolaborasi
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga teknis, dan masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan kerja sama yang baik, penanganan bencana bisa dilakukan secara efektif dan cepat. Selain itu, pendidikan dan sosialisasi terkait bencana juga perlu terus dilakukan agar masyarakat lebih siap menghadapi situasi darurat.
Tantangan dan Harapan
Meskipun ada berbagai upaya pencegahan, tantangan tetap ada. Perubahan iklim dan curah hujan yang tidak menentu membuat risiko bencana semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus terus waspada dan siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Harapan besar diarahkan pada penggunaan teknologi dan sistem peringatan dini yang lebih canggih. Dengan demikian, risiko bencana bisa diminimalkan dan keselamatan warga bisa terjamin.
Jawa Timur, dengan kondisi geografisnya yang beragam, memiliki potensi bencana alam yang cukup tinggi. Tanah longsor menjadi salah satu ancaman utama, terutama di daerah pegunungan. Dengan pemetaan yang akurat, penggunaan teknologi canggih, dan kesadaran masyarakat yang tinggi, risiko bencana bisa ditekan seoptimal mungkin. Kunci utamanya adalah kolaborasi dan persiapan yang matang. ***





Saat ini belum ada komentar