DIAGRAMKOTA.COM – Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendapat penilaian minor dari lembaga riset Celios. Hasil riset Celios ini pun dipertanyakan oleh Direktur Eksekutif Evident Institute Rinatania Anggraeni Fajriani.
Rinatania meminta agar data riset ini dipublikasikan secara utuh. Sehingga, bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.
“Sekarang semua orang sepertinya bisa membuat PDF, diberi grafik, diberi skor kemudian bilang ini hasil evaluasi ilmiah! Padahal, tidak semua yang terlihat ilmiah itu sebetulnya ilmiah,” kata Rinatania, Selasa (21/10).
Kandidat Doktor dari Universitas Copenhagen meminta masyarakat untuk lebih jeli membaca data. Sehingga, tidak termakan oleh kepentingan politis.
“Di tengah masyarakat dengan mayoritas masih di tingkat pendidikan menengah, opini dengan bahasa ilmiah ibarat fakta yang sahih padahal untuk mengevaluasi kebijakan yang serius, terdapat standar,” imbuhnya.
Rinatania menilai, riset yang baru-baru ini dpublikasikan tidak menampilkan metodologi riset secara lengkap. Padahal lembaga kajian internasional seperti Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Bank Dunia (World Bank), Freedom House bahkan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) selalu mengedepankan hal itu.
Dalam paparan riset lembaga-lembaga internasional tersebut biasanya disebutkan metodologi yang digunakan, kombinasi data dan interpretasinya hingga indikator kuantitatif yang memungkinkan pembaca melakukan penghitungan ulang dan melakukan penalaran. Kepatuhan terhadap metodologi ilmiah ini menjadi dasar integritas lembaga riset tersebut.
Rinatania pun mempertanyakan klaim evaluasi ilmiah dan netral dengan menggunakan dua alat berupa panel jurnalis dan survei publik secara digital. Dalam panel disebutkan terdapat 120 jurnalis dari 60 lembaga pers yang dipilih menggunakan purposive sampling atau pemilihan menggunakan kriteria tertentu.
Namun, dalam hal ini, Celios hanya menuliskan 120 jurnalis dari berbagai media massa yakni cetak atau elektronik. Tanpa ada penjelasan merinci tentang sertifikasi jurnalis tersebut. Selain itu, kriteria 60 lembaga pers juga tidak dijelaskan telah terverifikasi Dewan Pers atau tidak.
“Perihal kriteria keahlian jurnalis juga tidak jelas. Padahal berpijak pada Dewan Pers telah ditentukan jenjang kriteria jurnalis adalah muda, madya dan utama yang masing-masing telah melalui proses sertifikasi. Ini tidak jelas, jadi jangan tanyakan soal scoring rubric, apalagi uji reliabilitas,” tegasnya.
Rinatania juga mempertanyakan 1.338 responden menggunakan sampling secara targeted digital sampling berdasarkan demografi Badan Pusat Statistik (BPS).
“Pertanyaan muncul, bagaimana kuisionernya? Tidak dipublikasikan. Bagaimana perhitungan statistiknya? Berapa Margin of error? Confidence interval? Semuanya kosong. Dan yang mengherankan, CELIOS bahkan nggak mencantumkan data mentah, tidak ada pembobotan dan dokumentasi,” ucapnya.
Menurut Rina, dalam melakukan kajian ilmiah, persepsi menjadi hal penting. Sehingga ketika digunakan pengukuran persepsi hanya sekadar mengandalkan algoritma yang terjdi bukanlah riset persepsi kinerja karena yang diukur adalah sekadar perasaan (mood).
Rinatania menilai, kritik boleh dilontarkan kepada pemerintah. Hanya saja, kritik tersebut harus mengacu kepada standar ilmiah.
Saat ini belum ada komentar