Pimpinan DPR Minta Pemerintah Bantu Bangun Ponpes Pasca-Ambruknya Musala di Sidoarjo
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Rab, 1 Okt 2025
- comment 0 komentar

Peran Pemerintah dalam Memastikan Keselamatan Fasilitas Keagamaan
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam memastikan keselamatan bangunan yang dibangun di lingkungan pondok pesantren. Permintaan ini muncul setelah terjadi kejadian ambruknya gedung Musala di Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Insiden tersebut mengundang perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk tokoh politik dan lembaga terkait.
Cucun menyatakan bahwa pemerintah memiliki sumber daya keilmuan yang cukup untuk memberikan pendampingan dalam pembangunan fasilitas seperti mushala, masjid, dan bangunan lainnya di lingkungan pesantren. Dengan adanya pendampingan tersebut, diharapkan dapat memastikan bahwa semua struktur yang dibangun memenuhi standar keselamatan, khususnya bagi anak-anak dan para santri.
Ia menekankan bahwa negara tidak boleh lalai dalam menjaga sarana pendidikan dan keagamaan. Menurutnya, pondok pesantren telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa. Setiap hari, ribuan anak belajar, beribadah, dan meneladani nilai-nilai luhur di bawah naungan pesantren. Oleh karena itu, keselamatan santri harus menjadi prioritas utama.
Selain itu, Cucun juga meminta pemerintah segera memberikan dukungan kepada korban dan keluarga mereka. Ia menyarankan agar dilakukan investigasi menyeluruh terhadap proses pembangunan mushala di pesantren tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada kelalaian atau penyimpangan teknis yang terjadi.
Pentingnya Sistem Pengawasan yang Ketat
Cucun menegaskan bahwa insiden di Sidoarjo harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah. Ia meminta agar pemerintah segera membuat sistem pengawasan pembangunan fasilitas pendidikan keagamaan di seluruh Indonesia, terutama di pesantren. Dengan sistem pengawasan yang baik, diharapkan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Selain itu, kondisi keluarga korban yang terpukul akibat musibah ini tidak bisa diabaikan. Cucun menyarankan agar diberikan pendampingan psikologis dan sosial untuk membantu pemulihan mental dan emosional mereka. Musibah ini tentu sangat berat bagi para santri dan keluarga mereka yang terkena dampaknya.
Kondisi Korban dan Upaya Evakuasi
Sebelum kejadian tersebut, bangunan tiga lantai pada asrama putra di pesantren Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB. Peristiwa itu membuat sejumlah santri yang sedang melakukan shalat asar berjemaah terjebak di reruntuhan. Diperkirakan sebanyak 140 santri terjebak di bawah reruntuhan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 91 santri berhasil menyelamatkan diri secara mandiri, sedangkan 11 lainnya dievakuasi oleh tim SAR gabungan. Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, memperkirakan bahwa masih ada 38 santri yang terjebak di bawah reruntuhan. Akibat kejadian ini, tiga santri dilaporkan meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Tindakan Selanjutnya
Kecelakaan ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan keselamatan dalam pembangunan fasilitas keagamaan. Pemerintah, kata Cucun, harus lebih proaktif dalam memastikan bahwa semua bangunan yang dibangun di lingkungan pesantren memenuhi standar keselamatan yang ketat. Selain itu, perlunya pendampingan terhadap korban dan keluarga mereka serta upaya investigasi mendalam menjadi langkah penting untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Saat ini belum ada komentar