Perjalanan Kreatif Perempuan Blitar yang Mengubah Kehidupan Ibu-Ibu Lokal
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Sel, 28 Okt 2025
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Seorang perempuan dari desa Srengat, Blitar, berhasil menciptakan dampak besar melalui usaha kerajinan tas yang dimulai dari keisengan. Nama lengkapnya adalah Alfiatun Ni’mah, seorang perajin yang kini mampu mempekerjakan banyak ibu-ibu di lingkungannya. Dari awal yang sederhana, karya-karyanya kini menembus pasar luar daerah.
Awal Mula yang Tidak Terduga
Perjalanan Alfiatun dimulai pada tahun 2012, ketika ia hanya membuat tas untuk digunakan sendiri. Namun, ketika membawanya ke luar rumah, banyak orang menyukainya dan memesannya. “Awalnya cuma buat saya pakai sendiri. Tapi waktu dibawa keluar, banyak yang suka, banyak yang pesan,” kenangnya dengan senyum hangat.
Saat itu, Alfiatun sedang tinggal bersama suaminya di Malang. Kehidupan baru membuatnya harus beradaptasi. Saat pekerjaan di toko tidak berjalan lancar, ia mulai mencari aktivitas produktif. Inspirasi datang dari istri teman suaminya yang juga membuat tas sendiri. “Saya pikir, kalau beliau bisa, kenapa saya tidak? Dari situ saya belajar, mencoba, dan ternyata bisa,” katanya.
Dukungan Awal yang Tidak Sepenuhnya Mendukung
Dukungan suami di awal belum sepenuhnya datang. Bahkan, candaan kecil sering mewarnai perjuangannya. “Dulu suami sempat mengejek, katanya tas saya mirip tompo (penyaring tradisional dari bambu). Tapi setelah jadi, malah banyak yang suka,” ujarnya sambil tertawa.
Perkembangan Usaha yang Berkelanjutan
Dari modal hanya Rp 20 ribu, usahanya terus berkembang. Awalnya ia bekerja sendiri, namun karena permintaan meningkat, ia mulai merekrut tetangga sekitar — ibu rumah tangga, janda, dan remaja putus sekolah. “Saya ingin usaha ini juga jadi berkah buat lingkungan. Dari tiga orang, sekarang sudah puluhan yang ikut kerja,” tutur Mbak Alfi.
Ujian Berat Saat Pandemi
Pandemi Covid-19 menjadi ujian terberat. Ribuan pesanan yang sudah siap kirim terhenti karena pembatasan. Produksi mandek, bahan baku tak datang, dan omzet anjlok. Tapi perempuan lulusan SD ini tak menyerah. “Saya sempat putus asa, tapi saya pikir, masa perjuangan segini panjang mau berhenti begitu saja? Akhirnya saya beralih sementara jual sambal dan bumbu pecel,” katanya lirih.
Inovasi Setelah Pandemi
Setelah pandemi reda, Mbak Alfi bangkit lagi. Ia berinovasi membuat tas anyaman plastik dan tas jali premium, dengan desain lebih modern dan harga terjangkau. Produknya kini tidak hanya dipakai untuk belanja, tapi juga souvenir hajatan, tas berkat, hingga koleksi sosialita.
Sistem Produksi yang Lebih Efisien
Kini, sistem produksinya pun berkembang. Para pekerja tidak harus datang ke rumah produksi. Ia membentuk 16 kelompok kerja di tiap RT, masing-masing dengan ketua tim dan sistem kontrol kualitas. “Saya ingin mereka tetap bisa bekerja sambil mengurus keluarga. Jadi tas dikerjakan di rumah, nanti dikumpulkan ke ketua kelompok,” jelasnya.
Keberhasilan yang Tak Hanya Materi
Kebanggaan terbesar bagi Mbak Alfi bukanlah penghargaan, melainkan ketika bisa mengubah hidup banyak perempuan di sekitarnya. “Saya ingin ibu-ibu di desa juga merasakan nikmatnya punya usaha sendiri, bisa membantu suami, bisa mandiri,” ucapnya tulus.
Pembuktian Ketekunan dan Keyakinan
Perempuan yang dulu sempat diremehkan karena pendidikan rendah ini kini membuktikan bahwa ketekunan dan keyakinan bisa mengalahkan segalanya. “Saya cuma lulusan SD, SMP. Tapi saya yakin, ilmu tidak selalu dari sekolah. Saya ini guru tas,” ungkapnya. ***





Saat ini belum ada komentar