Pemkot Malang Alokasikan Rp 2,4 Miliar untuk Rehabilitasi 10 Sekolah, 4 yang Rusak Parah Jadi Prioritas
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Kam, 2 Okt 2025
- comment 0 komentar

Pemkot Malang Alokasikan Dana Rp 2,4 Miliar untuk Rehabilitasi Sekolah
DIAGRAMKOTA.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu langkah yang diambil adalah alokasi dana tambahan sebesar Rp 2,4 miliar untuk rehabilitasi 10 sekolah di wilayahnya. Program ini akan dilaksanakan pada tahun 2025 dan tidak hanya bertujuan memperbaiki sarana fisik, tetapi juga memastikan lingkungan belajar yang lebih aman, nyaman, dan mendukung perkembangan siswa.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Muflikh Adhim, menjelaskan bahwa rehabilitasi sekolah menjadi langkah strategis untuk menunjang mutu layanan pendidikan. Menurutnya, fasilitas yang layak sangat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa serta produktivitas guru.
Dari 10 sekolah yang masuk program ini, empat di antaranya dikategorikan rusak berat sehingga harus diprioritaskan perbaikannya. Adhim menjelaskan bahwa tambahan alokasi anggaran tersebut akan difokuskan pada perbaikan mendesak. Empat sekolah prioritas meliputi SDN Tlogomas 2, SDN Kesatrian 1, SDN Ciptomulyo 2, serta dua sekolah menengah pertama yaitu SMPN 10 dan SMPN 4 Kota Malang.
Kerusakan di sekolah-sekolah ini cukup parah, mulai dari atap yang bocor, ruang kelas tidak layak digunakan, hingga fasilitas penunjang yang mengalami kerusakan serius. Dari total tambahan anggaran, sekitar Rp 674 juta dialokasikan khusus untuk penanganan di empat sekolah rusak berat. Besarnya anggaran yang diterima masing-masing sekolah akan berbeda, bergantung pada tingkat kerusakan. Beberapa sekolah hanya membutuhkan renovasi ringan seperti perbaikan atap, sementara yang lain membutuhkan rehabilitasi ruang kelas secara menyeluruh.
“Tambahan Rp 2,4 miliar ini akan sangat membantu percepatan perbaikan. Kami ingin memastikan bahwa anak-anak bisa belajar dengan tenang tanpa khawatir atap bocor atau ruang kelas yang membahayakan,” jelas Adhim.
Enam sekolah lainnya yang tidak masuk kategori rusak berat tetap akan memperoleh perhatian melalui alokasi sisa dana. Perbaikan di sekolah-sekolah ini lebih bersifat ringan, namun tetap penting untuk menjaga kenyamanan aktivitas belajar-mengajar. Dengan pemerataan ini, diharapkan seluruh siswa di Kota Malang dapat merasakan dampak positif dari program rehabilitasi.
Disdikbud Kota Malang menargetkan seluruh proyek rehabilitasi selesai pada awal Desember 2025. Namun, jika terdapat hambatan teknis di lapangan, penyelesaian paling lambat dijadwalkan pada pertengahan Desember. Target waktu yang jelas ini penting agar para siswa dan guru segera bisa merasakan hasil dari program perbaikan yang sedang digulirkan.
“Kami berharap tidak ada kendala berarti, sehingga proses rehabilitasi bisa selesai sesuai jadwal. Kalau berjalan lancar, anak-anak sudah bisa belajar di ruang kelas yang lebih baik sebelum semester baru dimulai,” tambah Adhim.
Selain menyasar aspek fisik, program rehabilitasi sekolah juga mencerminkan perhatian pemerintah terhadap masa depan pendidikan. Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman akan meningkatkan motivasi belajar siswa serta menciptakan suasana kerja yang lebih produktif bagi guru. Dengan demikian, investasi pada perbaikan sarana pendidikan akan berdampak panjang pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Malang.
Para orang tua murid menyambut baik langkah ini karena mereka menginginkan anak-anak belajar di sekolah dengan kondisi yang layak. Begitu pula para guru yang selama ini menghadapi kendala fasilitas, tentu akan lebih terbantu dalam menjalankan proses pembelajaran setelah rehabilitasi rampung. Dengan tambahan anggaran dan komitmen dari Pemkot Malang, Disdikbud optimistis kualitas lingkungan belajar akan semakin meningkat. Pemerintah berharap manfaat rehabilitasi ini dapat segera dirasakan seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, mulai dari siswa, guru, hingga masyarakat luas.***
Saat ini belum ada komentar