Hari Kedua Pencarian Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny: 102 Dievakuasi, 38 Masih Tertimbun
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month Kam, 2 Okt 2025
- comment 0 komentar

Kondisi Korban dan Proses Evakuasi Pasca-Runtuhnya Mushala di Ponpes Al Khoziny
DIAGRAMKOTA.COM – Sejak dua hari lalu, proses pencarian korban akibat runtuhnya mushala tiga lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jawa Timur, terus berlangsung. Hingga Selasa (30/9/2025), total 102 korban telah dievakuasi, sementara tiga orang dinyatakan meninggal dunia.
Bangunan yang sebelumnya difungsikan sebagai mushala ini ambruk saat para santri sedang melakukan shalat ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025). Kejadian ini menimpa banyak santri yang sedang berada di dalam bangunan tersebut. Sejumlah korban dievakuasi oleh petugas SAR gabungan, sementara sisanya melakukannya secara mandiri.
Semua korban yang berhasil dievakuasi dibawa ke beberapa rumah sakit di sekitar Sidoarjo, seperti Rumah Sakit Notopuro, Rumah Sakit Delta Surya, dan Rumah Sakit Siti Hajar. Namun, sebagian besar dari mereka kini sudah kembali ke rumah masing-masing setelah mendapatkan perawatan awal.
Korban Meninggal Dunia
Dari total korban, tiga orang dinyatakan meninggal dunia. Pertama, Maulana Ibrahim (15) yang berasal dari Bangkalan dan tinggal di Surabaya. Kedua, Mashudul Haq (14) asal Surabaya. Ketiga, Muhammad Sholeh (22) yang berasal dari Bangka Belitung, yang meninggal di Rumah Sakit Notopuro Sidoarjo pada Selasa (30/9/2025).
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menyatakan bahwa masih ada kemungkinan adanya santri yang selamat dan masih terjebak dalam reruntuhan. Ia mengatakan bahwa komunikasi dengan korban yang masih berada di bawah puing-puing masih bisa dilakukan.
Menurut estimasi, sebanyak 38 santri masih terjebak di dalam bangunan yang runtuh. Petugas SAR terus berupaya mencari korban dengan tetap menjaga kewaspadaan untuk mencegah risiko keruntuhan susulan.
Pengamanan Area dan Pemrosesan Puing-Puing
Area lokasi reruntuhan disterilisasi hingga jarak 50 meter dari gerbang depan asrama putra. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu proses pencarian dan evakuasi. Menurut Nanang, pengunjung yang sebelumnya berada di dekat bangunan harus dipindahkan karena suara ramai dapat mengganggu fokus tim SAR di bawah puing-puing.
Bangunan yang runtuh terdiri dari beton-beton yang melintang dan menutupi area tempat korban terjebak. Untuk mencapai titik tersebut, petugas harus membuka lubang atau memotong bagian struktur bangunan.
Meskipun dua eskavator telah disiagakan sejak Senin malam, alat tersebut belum digunakan karena khawatir getarannya dapat memperparah keruntuhan susulan. Petugas sangat memperhatikan keamanan selama proses evakuasi.
Bantuan dari Berbagai Pihak
Pihak kepolisian Jawa Timur, khususnya Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto, turut serta meninjau lokasi reruntuhan. Mereka akan bekerja sama dengan pakar konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk memastikan proses pencarian dan evakuasi berjalan efektif.
Selain itu, Polda Jatim juga mengerahkan Tim DVI untuk mengidentifikasi korban. Tim DVI telah membentuk posko bersama dengan tim gabungan di sekitar lokasi pondok pesantren.
Untuk kebutuhan pengamanan dan evakuasi, Polda Jatim juga menerjunkan satu pleton Sabhara, satu pleton Brimob, serta tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Polresta Sidoarjo. Kolaborasi antar lembaga ini bertujuan untuk memastikan proses pencarian korban berjalan lancar dan aman. ***
Saat ini belum ada komentar