DIAGRAMKOTA.COM – Terlalu memikirkan sesuatu atau kebiasaan berpikir berlebihan sering dialami oleh banyak orang.
Meski terlihat biasa pada pandangan pertama, terlalu sering memikirkan sesuatu dapat berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa.
Pertanyaannya adalah, mengapa seseorang bisa terjebak dalam siklus berpikir berlebihan, apa akibatnya, serta bagaimana cara menghadapinya?
Apa Itu Overthinking?
Berdasarkan informasi dari Verywell Mind, overthinking merujuk pada keadaan di mana seseorang terlalu lama memikirkan, mengevaluasi, atau mengulang suatu pikiran. Alih-alih menemukan jawaban, kebiasaan ini justru menyebabkan rasa stres dan cemas. Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahwa overthinking sering muncul akibat ketakutan untuk membuat kesalahan dalam mengambil keputusan atau kekhawatiran berlebihan terhadap penilaian orang lain.
Mengapa Seseorang Bisa Terjebak Dalam Pikiran Berlebihan?
Berdasarkan studi yang diterbitkan di Jurnal BK UNESA, overthinking berkaitan erat dengan sifat perfeksionis dan pengalaman trauma masa lalu. Otak cenderung terus-menerus mengulang peristiwa tertentu, seakan-akan dengan memikirkan lebih lama, seseorang dapat menemukan solusi terbaik. Namun, menurut Psychologs Magazine, otak manusia memiliki batasan kemampuan. Ketika beban pikiran terlalu berat, yang muncul justru perasaan tidak berdaya dan kelelahan mental.
Apa Dampaknya?
Dampak dari overthinking tidak boleh dianggap sepele. Artikel yang diterbitkan oleh Harvard Business Review (2024) menyebutkan terdapat tiga jenis overthinking: analisis berlebihan, kecemasan tanpa henti, dan merenung berulang terhadap masa lalu. Ketiganya telah terbukti mengurangi efisiensi kerja, mengganggu kualitas tidur, serta meningkatkan potensi risiko gangguan depresi. Di sisi lain, penelitian dari Halodoc menekankan bahwa overthinking yang terus-menerus dapat memicu gejala psikosomatis, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, hingga kelelahan yang bersifat kronis.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Ahli psikologi dari UGM menekankan betapa pentingnya mengubah cara berpikir agar tidak terjebak dalam siklus overthinking. Selain teknik dasar seperti mindfulness dan menulis jurnal, terdapat beberapa strategi tambahan yang bisa membantu:
Atur harapan terhadap diri sendiri. Kebiasaan mengejar kesempurnaan sering kali menjadi penyebab pikiran terlalu berlebihan. Belajar menerima bahwa kesalahan adalah bagian alami dari proses perkembangan akan membuat pikiran menjadi lebih ringan.
Gunakan pendekatan “pemecahan masalah” alih-alih hanya berpikir secara mendalam. Fokus pada tindakan nyata yang dapat dilakukan daripada terjebak dalam kemungkinan negatif.
Latihan rasa syukur. Berdasarkan Psychologs Magazine, membiasakan diri menulis hal-hal yang dihargai setiap hari mampu mengubah fokus dari kecemasan menuju rasa apresiasi yang positif.
Kurangi penggunaan media sosial. Terlalu banyak informasi bisa memicu perbandingan dengan orang lain, yang akhirnya memperburuk pikiran berlebihan.
Selain tindakan pribadi, dukungan dari lingkungan juga sangat berpengaruh. Artikel Verywell Mind menyebutkan bahwa berbagi kisah dengan seseorang yang dapat dipercaya bisa membantu mengurangi beban pikiran. Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), telah terbukti efektif dalam menghentikan pola pikir berlebihan yang sudah menjadi kebiasaan.
Mengapa Penting Mengendalikan Overthinking?
Overthinking bukan hanya kebiasaan berpikir terlalu lama, tetapi merupakan kondisi psikologis nyata yang memengaruhi kualitas hidup seseorang. Jika tidak segera diatasi, hal ini bisa merusak efisiensi kerja, kesehatan mental, serta hubungan dengan orang lain. Dengan mengetahui penyebab, dampak, dan metode penanganannya, seseorang dapat lebih cerdas dalam mengendalikan pikirannya. Pada akhirnya, yang paling penting bukanlah terus-menerus berpikir, melainkan tahu kapan harus berhenti.
Terlalu berpikir sering kali terlihat remeh, tetapi jika tidak diatasi dapat berkembang menjadi beban psikologis yang menghabiskan energi, mengganggu kesehatan mental, dan mengurangi kualitas hidup. Setiap orang memang pernah merenung terlalu dalam, namun yang membedakan adalah bagaimana kita mengelolanya. Dengan kesadaran diri, metode nyata, serta bantuan lingkungan, kebiasaan ini bisa dikelola. Pada akhirnya, hidup bukanlah tentang memikirkan segala kemungkinan yang belum tentu terjadi, melainkan tentang berani bertindak, mengambil keputusan, dan belajar dari setiap pengalaman yang dijalani. Pikiran yang sehat merupakan dasar jiwa yang tenang, dan jiwa yang tenang akan membawa kita pada kehidupan yang lebih bermakna. (*)