DIAGRAMKOTA.COM – Pada akhir perdagangan Rabu 11 September 2024, rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS. Penguatan ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap perlambatan inflasi di Amerika Serikat (AS) pada bulan Agustus 2024.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang dirilis pada Rabu malam diperkirakan menunjukkan penurunan tingkat inflasi tahunan, yang akan mempengaruhi ekspektasi pasar mengenai langkah Federal Reserve (Fed) selanjutnya.
Analis ICDX, Taufan Dimas Hareva, menjelaskan bahwa data CPI yang krusial ini akan menentukan ukuran penurunan suku bunga oleh Fed pada pertemuan kebijakan 17-18 September.
“Jika data menunjukkan perlambatan inflasi yang signifikan, pasar akan semakin yakin bahwa Fed akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif,” kata Taufan Dimas dikutip diagramkota.com, Rabu (11/9/2024).
Hal ini akan berdampak positif bagi rupiah, karena investor akan cenderung menarik dana dari dolar AS dan beralih ke mata uang emerging market seperti rupiah.
“Ekspektasi pasar saat ini adalah IHK utama AS akan naik 0,2 persen pada bulan Agustus, dengan tingkat tahunan melambat dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen, sementara itu, IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, diantisipasi berada di 0,2 persen dan bertahan pada tingkat tahunan 3,2 persen,” jelasnya.
Menurutnya jika data CPI sesuai dengan ekspektasi, maka rupiah berpotensi untuk terus menguat dalam beberapa hari ke depan. Namun, perlu diingat bahwa pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, seperti kondisi ekonomi global dan kebijakan pemerintah. (dk/akha)