Pesona Tradisi Bubak Bumi Banyuwangi, Ritual Doa Bersama Petani Sambut Awal Musim Tanam

BUDAYA608 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Petani di Banyuwangi gelar tradisi Bubak Bumi, menyambut awal musim tanam. Sebuah ritual doa bersama di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi. Selain memohon doa untuk kelancaran pertanian, tradisi ini juga digelar sebagai cara memupuk keguyuban dan persaudaraan petani.

Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Selasa (1/10/2024), tradisi Bubak Bumi tersebut diikuti 275 petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) se Banyuwangi. Pada tradisi ini para petani membawa bekal makanan berupa tumpeng untuk dimakan bersama usai pembacaan doa.

“Bubak Bumi adalah tradisinya para petani saat memulai masa tanam. Tidak hanya dilakukan di Dam besar seperti Dam Karangdoro ini, tapi petani di Dam-Dam kecil juga ikut melakukannya,” kata Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi Guntur Priambodo saat membuka acara.

Baca Juga :  Dukung Hilirisasi, Menteri Kelautan dan Perikanan Lepas Ekspor Tuna Kaleng dari Banyuwangi

Guntur mengatakan, Tradisi Bubak Bumi ini dipusatkan di Dam Karangdoro karena Dam ini merupakan dam terbesar di Banyuwangi. Dam ini mampu mengairi 16.165 hektar sawah di 9 kecamatan di Banyuwangi. Yakni Tegalsari, Bangorejo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Purwoharjo, Muncar, Gambiran dan Tegaldlimo.

“Dam Karangdoro ini melayani kebutuhan air bagi pertanian di sembilan wilayah tersebut agar produktivitasnya terus meningkat. Karenanya keberadaaan dam ini sangat vital maka perlu kita jaga bersama debit airnya maupun kebersihannya,” kata Guntur.

Pada kesempatan itu, Guntur juga menuturkan sejarah berdirinya Dam Karangdoro. “Dam ini dibangun pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1921. Namun meski dibangun pemerintah Hindia Belanda, tapi pimpinan proyeknya adalah orang Indonesia asli, Ir Sutedjo,” ujar Guntur.

Baca Juga :  Dukung Hilirisasi, Menteri Kelautan dan Perikanan Lepas Ekspor Tuna Kaleng dari Banyuwangi

Belabur Senin Legi, Kenang Dam Karangdoro Banyuwangi

Sempat terjadi bencana banjir pada tahun 1929 yang menyebabkan kerusakan di Dam Karangdoro hingga dikenang sebagai “Belabur Senin Legi”. Pembangunan kembali dilaksanakan pada tahun 1935 dan diresmikan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

“Bencana banjir tersebut sebagai salah satu awal dilakukannya Ritual Bubak Bumi dan digelar pada hari Senin. Untuk memohon kelancaran pertanian dan terhindar dari bencana serupa,” terang Guntur.

Ditambahkan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Riza Al Fahrobi, Dam atau Bendung Karangdoro adalah sungai yang mampu mengairi baku sawah terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur.

“Baku sawah yang dilayani Dam Karangdoro ini terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur, luasnya capai 16.165 hektar. Operasional dan pemeliharaannya digarap bareng Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Balai Besar Brantas, dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) wilayah Sungai Sampean Baru, karena Dam Karangdoro juga merupakan kewenangan pemerintah pusat,” ujar Reza.

Baca Juga :  Dukung Hilirisasi, Menteri Kelautan dan Perikanan Lepas Ekspor Tuna Kaleng dari Banyuwangi

Selanjutnya dilakukan prosesi menuangkan dawet ke sungai sebagai harapan agar air melimpah ruah dan alirannya bisa menyuburkan pertanian. Kemudian para petani bersama-sama menikmati makan tumpeng sejumlah 100 tumpeng sebagai tanda syukur kepada sang pencipta. *

Share and Enjoy !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *