Diagram Kota Rembang – Ahmad Mustofa Bisri, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus, adalah seorang tokoh agama yang menjadi pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Kabupaten Rembang.
Dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu), Gus Mus menganggap perbedaan pilihan sebagai hal yang wajar dan menyatakan bahwa silaturahim antar warga, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), tetap terjalin.
“Warga Nahdlatul Ulama (NU) cukup banyak dan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk negara tetangga, tetap tidak bisa disatukan dalam pilihan yang sama. Tetapi, setelah Pemilu mereka kembali dengan aktivitas sebelumnya,” ujarnya
Setelah Pemilu selesai, kata Gus Mus mereka kembali menjalani aktivitas seperti sebelumnya. Warga yang sebelumnya bertani akan kembali bertani, pedagang akan kembali berdagang, dan wartawan akan kembali bekerja sebagai penyampai informasi.
“Silaturahim juga kembali terjalin, termasuk warga NU juga demikian karena mereka sudah terbiasa dengan pesta demokrasi setiap lima tahun ini,” ujarnya.
Gus Mus juga menyatakan bahwa silaturahim antar warga NU tetap terjalin setelah Pemilu. Hal ini dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan pesta demokrasi setiap lima tahun ini.
Meskipun memiliki perbedaan pilihan politik, mereka tetap menjaga hubungan baik antara sesama warga NU.
Sebagai seorang tokoh agama, Gus Mus berharap mendapatkan pemimpin yang memahami rakyatnya, jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Ia berdoa kepada Allah agar tidak diberikan penguasa yang tidak takut pada Tuhan dan tidak memiliki belas kasihan kepada rakyatnya.
“Saya juga berdoa kepada Allah, jangan diberi penguasa yang tidak takut pada Tuhan dan tidak punya belas kasihan kepada rakyatnya,” ujar Gus Mus.
Di Kelurahan Leteh, ada tiga orang tokoh yang terkenal, yaitu Ketua PBNU KH Yahya Chalil Staquf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Gus Mus sendiri. Ketiganya menggunakan hak pilihnya di TPS yang berbeda. Gus Mus sendiri menggunakan hak pilihnya di TPS 01 Kelurahan Leteh pada pukul 09.50 WIB.
Gus Mus selalu menekankan bahwa perbedaan pilihan dalam Pemilu adalah hal yang wajar dan tidak mengganggu silaturahim antar warga NU. Meskipun memiliki perbedaan politik, mereka tetap menjaga hubungan baik dan kembali menjalani aktivitas sehari-hari setelah Pemilu selesai. (dk/aden)