Pertarungan Komunikasi Publik Elite KDM vs Purbaya
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 6 jam yang lalu
- comment 0 komentar

DIAGRAMKOTA.COM – Komunikasi terbuka yang terjadi antara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) dan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan positif dari pakar komunikasi dan public speaker ternama, Helmy Yahya.
Helmy menilai interaksi keduanya, terutama dalam mengklarifikasi isu dana daerah yang mengendap, adalah tontonan yang edukatif dan menunjukkan level akuntabilitas publik yang tinggi.
Dalam diskusi bersama Ahmad Sahal di kanal YouTube Cokro TV pada Rabu (29/10/2025), Helmy Yahya secara eksplisit memuji kemampuan komunikasi kedua pejabat tersebut, meski dengan gaya yang berbeda.
“Saya pikir andai saja pejabat-pejabat kita itu punya kemampuan komunikasi publik seperti itu, wow dahsyat, Pak. Semuanya terang benderang,” ujar Helmy.
Helmy Yahya menyoroti insiden ketika Purbaya mengungkap data adanya dana pemerintah daerah yang mengendap di bank. Data ini kemudian ditanggapi langsung oleh KDM.
Helmy menegaskan bahwa apa yang terjadi bukanlah konflik, melainkan proses klarifikasi yang sehat.
“Saya senang betul begitu mereka menyelesaikannya dengan elegan. Publik, saya pikir masyarakat mendapatkan tontonan dua orang yang mumpuni dalam melakukan komunikasi publik,” katanya.
Helmy mengapresiasi langkah KDM yang tidak membantah, tetapi segera mengklarifikasi dengan mendatangi BI (Bank Indonesia) untuk memastikan bahwa dana yang dimiliki Pemprov Jabar sebagian besar berbentuk Giro untuk pembayaran proyek yang belum tuntas, bukan deposito yang bunganya mengalir ke mana-mana.
“Poinnya soal pentingnya klarifikasi secara publik. Dan pentingnya mampu untuk menjelaskan. Dan ini yang diuntungkan publik, rakyat, karena ada transparansi,” tegas Helmy Yahya.
Gaya komunikasi yang berbeda, sama-sama kuat, Helmy Yahya menganalisis kedua tokoh tersebut:
Menkeu Purbaya: Helmy mengakui gaya Purbaya yang awalnya dianggap “koboy” dan mengagetkan karena berbeda jauh dengan Menkeu sebelumnya.
Namun, Helmy yakin Purbaya adalah player di bidang keuangan yang patuh pada arahan Presiden, dan gayanya yang blak-blakan justru berhasil menertibkan berbagai masalah fiskal dan pajak.
Gubernur KDM: KDM disebut Helmy sebagai master media sosial. Meskipun sering dituduh “pencitraan” karena rutin mengunggah video (bahkan tiga video sehari), Helmy menilai apa yang dilakukan KDM adalah bagian dari akuntabilitas publik.
“Itu adalah kita mengabarkan apa yang kita lakukan, apa yang kita capai, agenda kita, prestasi kita dalam bekerja,” ujar Helmy, yang juga pernah menjadi public figure.
Menyikapi fenomena ini, Helmy Yahya secara umum mengkritik rendahnya kualitas public speaking dan komunikasi di kalangan pejabat publik.
Ia menyayangkan karena tidak ada uji kompetensi komunikasi sebelum seseorang menjabat, padahal kesalahan komunikasi dapat menyakiti rakyat.
Helmy menjelaskan, komunikasi tidak hanya soal berbicara (speaking), tetapi juga mencakup tiga pilar lainnya:
1. Mendengar (Listening): Kemampuan pejabat untuk sungguh-sungguh mendengarkan tanpa menghakimi.
2. Membaca (Reading): Banyak kesalahan respons terjadi karena pejabat salah membaca konteks atau data.
3. Menulis (Writing): Kesalahan dalam menulis pun sering menimbulkan salah tafsir.
Helmy menyimpulkan, bagi pemimpin yang tidak jago bicara, mereka harus memanfaatkan tools lain seperti media sosial, dan tim yang kuat.
Bahkan menurut Helmy teknologi AI dapat digunakan untuk bercerita (storytelling) mengenai hasil kerjanya, mencontoh sosok seperti Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang jarang berbicara namun deliver hasil.***

Saat ini belum ada komentar