Profil Dewi Kartika, Sekjen KPA yang Viral Usai Kritik Menhut di DPR
- account_circle Diagram Kota
- calendar_month 15 jam yang lalu
- comment 0 komentar

Peran dan Kiprah Dewi Kartika dalam Isu Agraria
DIAGRAMKOTA.COM – Dewi Kartika kini menjadi sorotan publik setelah penampilannya dalam rapat DPR RI pada 24 September 2025 viral di berbagai platform media sosial. Dalam forum tersebut, ia dengan tegas mengkritik Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni terkait konflik agraria yang masih membelenggu masyarakat. Sikapnya yang berani dan lugas membuat namanya semakin dikenal luas, bukan hanya di kalangan aktivis, tetapi juga masyarakat umum.
Sebagai Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) periode 2021-2025, Dewi Kartika sudah lama dikenal sebagai sosok yang vokal dalam memperjuangkan reforma agraria di Indonesia. Keterlibatannya dalam isu-isu agraria bukanlah hal baru, mengingat ia sudah aktif bergabung dengan KPA sejak tahun 2007. Dengan latar belakang akademik dan pengalaman advokasi yang panjang, Dewi sering hadir dalam forum nasional maupun internasional.
Meski informasi terkait agama Dewi Kartika tidak tersedia secara eksplisit, publik lebih mengenalnya melalui dedikasinya di bidang agraria. Pendidikan dan perannya di berbagai organisasi menunjukkan bahwa ia bukan hanya aktivis, melainkan juga ahli yang berkontribusi besar dalam merumuskan solusi atas ketimpangan agraria di Indonesia.
Kiprah Dewi Kartika di Dunia Agraria
Perjalanan Dewi di dunia advokasi agraria dimulai sejak bergabung dengan KPA pada 2007. Organisasi ini dikenal konsisten memperjuangkan hak-hak petani, nelayan, serta masyarakat adat terhadap tanah dan sumber daya agraria. Berkat kegigihannya, Dewi dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Jenderal KPA untuk periode 2021-2025.
Dalam perannya, Dewi Kartika aktif mengusulkan pembentukan lembaga khusus yang berfungsi melaksanakan reforma agraria. Ia menilai bahwa tanpa wadah kelembagaan yang kuat, penyelesaian konflik agraria akan terus berlarut. Selain itu, ia juga sering terlibat dalam kampanye pendidikan agraria untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan tanah yang adil dan berkelanjutan.
Keberadaan Dewi di kancah internasional pun tidak bisa diremehkan. Ia menjadi bagian dari Dewan Global International Land Coalition (ILC) dari Asia, sebuah jaringan global yang berfokus pada keadilan penguasaan tanah. Peran ini membuat Dewi sering hadir dalam diskusi lintas negara terkait solusi atas ketimpangan agraria global.
Viral Kritik Tajam kepada Menteri Kehutanan
Nama Dewi Kartika mendadak ramai diperbincangkan setelah rapat di DPR RI pada 24 September 2025. Dalam forum tersebut, ia melontarkan kritik tajam kepada Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni. Kritik ini berkaitan dengan konflik agraria di Desa Bulupayung, Cilacap, yang sudah berlangsung puluhan tahun tanpa penyelesaian.
Menurut Dewi, lahan pertanian di wilayah tersebut seharusnya bebas dari klaim kawasan hutan oleh Perum Perhutani, karena faktanya sudah dikelola produktif oleh petani sebagai lumbung pangan nasional. Namun, klaim Perhutani menghambat pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan untuk mengangkut hasil panen. Dewi bahkan menunjukkan bukti lapangan secara langsung dalam rapat, menekankan bahwa masalah tersebut membutuhkan langkah tegas dari pemerintah.
Pernyataan lugas Dewi membuat suasana rapat menjadi tegang dan viral di media sosial. Banyak pihak memuji keberanian Dewi karena berani menyuarakan keresahan petani secara langsung kepada pejabat negara. Sementara itu, Raja Juli Antoni mengakui adanya hambatan dari pihak Perhutani, meski solusi konkrit belum diputuskan.
Fakta Menarik dan Latar Belakang Dewi Kartika
Di balik sosoknya yang tegas, Dewi Kartika adalah pribadi dengan latar belakang akademik yang kuat. Ia sempat menempuh pendidikan di Institute of Social Studies (ISS), Den Haag, Belanda, melalui beasiswa studi transisi agraria pada tahun 2011. Pendidikan ini memperkuat kapasitasnya dalam menganalisis masalah agraria dari perspektif global.
Sejak awal keterlibatannya, Dewi dikenal aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan dan organisasi kemasyarakatan. Ia fokus pada isu-isu krisis agraria, ketimpangan struktur agraria, konflik struktural, hingga kemiskinan yang bersumber dari masalah tanah. Keberaniannya bersuara membuatnya dihormati, meski tak jarang menuai kontroversi.
Selain itu, Dewi Kartika juga dikenal konsisten mendukung gerakan rakyat, baik di tingkat lokal maupun nasional. Pandangannya sering dijadikan rujukan dalam perdebatan publik mengenai reforma agraria. Meski informasi pribadi seperti agama jarang diungkapkan, reputasinya sebagai aktivis tangguh sudah cukup membuatnya disegani di kalangan pemerhati isu pertanahan.
Biodata Lengkap Dewi Kartika
- Nama: Dewi Kartika
- Jabatan: Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) periode 2021–2025
- Profesi: Ahli agraria dan aktivis agraria
- Organisasi: Bergabung dengan KPA sejak 2007
- Pendidikan: Beasiswa studi transisi agraria di Institute of Social Studies (ISS), Den Haag, Belanda (2011)
- Pengalaman: Aktif dalam kampanye pendidikan dan organisasi kemasyarakatan agraria
- Peran Internasional: Anggota Dewan Global International Land Coalition (ILC) dari Asia
- Fokus Isu: Krisis agraria, ketimpangan struktur agraria, konflik struktural, konversi tanah pertanian, kemiskinan akibat agraria
- Periode Jabatan: 2021–2025 sebagai Sekjen KPA
- Isu Publik Terbaru: Kritik keras terhadap Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni terkait konflik lahan di Cilacap
- Agama: Tidak terpublikasi secara eksplisit
- Kiprah: Sering menjadi narasumber di forum nasional dan internasional tentang reforma agraria
Kehadiran Dewi Kartika sebagai Sekjen KPA membuktikan bahwa perjuangan terhadap reforma agraria masih terus berlanjut. Sosoknya yang vokal dan berani telah membuka mata publik mengenai peliknya masalah pertanahan di Indonesia. Meski latar belakang agamanya tidak banyak terungkap, kiprahnya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil membuatnya dihormati luas. Tidak heran jika Dewi Kartika kini menjadi salah satu tokoh penting dalam isu agraria di Indonesia, yang suaranya semakin didengar baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.
Saat ini belum ada komentar