Perajin Tahu dan Tempe Menjerit, Harga Kedelai Meroket Tembus Rp 10.800 per Kg

DAERAH476 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Lonjakan harga kedelai impor membuat para perajin tahu dan tempe di Sidoarjo, Jawa Timur, menjerit. Kenaikan drastis harga bahan baku utama ini memaksa mereka mengecilkan ukuran produksi demi tetap bisa bertahan di tengah beban ongkos yang terus membengkak.

Harga kedelai impor yang sebelumnya stabil di angka Rp 8.000 per kilogram kini melonjak hingga Rp 10.200 bahkan Rp 10.800 untuk kualitas premium. Kondisi ini membuat para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sektor pangan tradisional berada di ujung tanduk.

Sunardi, salah satu perajin tahu asal Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Sidoarjo, mengungkapkan bahwa dirinya terpaksa mengurangi ukuran tahu agar tetap bisa menjual dengan harga yang sama. “Kalau dinaikkan, pembeli kabur. Jadi ya porsinya dikurangi,” terangnya kepada diagaramkota. Rabu, (23/04/2025).

Baca Juga :  Duo Wening dan Jepank Membranding Kota Solo Melalui Karya

Ia mengaku dalam sehari bisa menghabiskan hingga 1,2 ton kedelai untuk produksi. Namun dengan harga kedelai yang terus meroket, margin keuntungan kian menipis. “Sekarang naiknya sampai tiga ribu per kilo. Kalau nggak pinter ngitung, bisa rugi,” jelas Sunardi.

Para perajin juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan kedelai lokal berkualitas. Pilihan pun jatuh ke kedelai impor asal Amerika yang dinilai lebih bersih dan stabil dalam hasil produksi, meski kini harganya melambung tinggi.

Sementara itu, Agus, penjual tahu eceran, mengakui bahwa meskipun ukuran tahu mengecil, pembeli masih bisa menerima. “Harga masih dua ribu per biji, tapi sekarang memang lebih kecil. Selama belum naik harga, masih aman,” ujarnya.

Baca Juga :  BLT DD Desa Gondang Tulungagung Memberikan Angin Segar Bagi 30 KPM

Para perajin berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga kedelai dan menjamin pasokan. Tanpa intervensi, mereka khawatir banyak usaha kecil bakal gulung tikar.

“Kalau terus begini, kami nggak kuat. Pemerintah harus hadir. Ini bukan cuma soal usaha, tapi juga dapur masyarakat,” tutup Sunardi.(Dk/di)

Share and Enjoy !