DIAGRAMKOTA.COM – Prosesi adat yang masih dijalankan di era modernDi tengah arus modernisasi yang begitu deras, tak sedikit prosesi adat yang tetap lestari, bahkan mengalami adaptasi untuk tetap relevan dengan zaman. Keberadaan prosesi-prosesi ini bukan sekadar pelestarian budaya semata, melainkan juga cerminan identitas dan jati diri bangsa yang kokoh.
Salah satu contoh yang menonjol adalah prosesi pernikahan adat. Di berbagai daerah, pernikahan tak hanya sekadar perjanjian suci antara dua insan, tetapi juga sebuah perhelatan budaya yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Misalnya, pernikahan adat Jawa dengan prosesi ijab kabul, sungkeman kepada orang tua, dan panggih yang sarat makna dan simbolisasi. Meskipun tren pernikahan modern seperti prewedding photoshoot dan resepsi mewah bercampur dengan adat, inti dari prosesi tetap dijaga. Sungkeman, misalnya, tetap menjadi momen penting yang menyiratkan rasa hormat dan bakti kepada orang tua, sebuah nilai luhur yang tetap relevan di era modern. Bahkan, banyak pasangan muda yang secara sadar memilih untuk mengedepankan nilai-nilai tradisional dalam pernikahan mereka, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan penguatan ikatan keluarga.
Proses lain yang masih dijalankan adalah upacara kematian. Di beberapa daerah, prosesi pemakaman masih dilakukan dengan ritual-ritual khusus yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat setempat. Upacara Ngaben di Bali, misalnya, merupakan prosesi kremasi yang kompleks dan sakral, melibatkan berbagai tahapan ritual yang membutuhkan waktu dan persiapan yang matang. Meskipun modernisasi telah menyentuh berbagai aspek kehidupan, prosesi Ngaben tetap dijalankan dengan khidmat, menunjukkan betapa kuatnya akar budaya Bali dan kepercayaan masyarakatnya terhadap kehidupan setelah kematian. Adaptasi modern terlihat pada penggunaan teknologi dalam dokumentasi upacara, namun inti dari ritual dan filosofinya tetap dijaga.
Selain pernikahan dan kematian, prosesi adat terkait pertanian juga masih dijalankan di berbagai daerah. Upacara Seren Taon di Jawa Tengah, misalnya, merupakan perayaan panen padi yang melibatkan berbagai ritual dan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan leluhur. Seren Taon bukan hanya sekadar perayaan panen, tetapi juga ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan doa untuk keberhasilan panen di masa mendatang. Di era modern, Seren Taon tetap dirayakan dengan khidmat, meskipun teknologi pertanian modern telah mengubah cara bertani. Perpaduan antara teknologi dan tradisi ini menunjukkan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi tanpa meninggalkan akar budayanya.
Keberlangsungan prosesi adat di era modern tak lepas dari peran berbagai pihak. Pemerintah berperan penting dalam memberikan dukungan dan perlindungan terhadap budaya lokal, termasuk melalui program pelestarian dan pengembangan seni budaya. Lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda melalui pendidikan formal maupun non-formal. Sementara itu, masyarakat sendiri memiliki peran paling krusial dalam menjaga dan melestarikan prosesi adat melalui partisipasi aktif dan penerusan tradisi kepada generasi penerus.
Tantangan tentu saja tetap ada. Modernisasi dan globalisasi berpotensi mengikis nilai-nilai tradisional, sehingga diperlukan upaya yang konsisten untuk menjaga kelestarian prosesi adat. Salah satu upaya yang efektif adalah dokumentasi dan digitalisasi prosesi adat, sehingga dapat diakses dan dipelajari oleh generasi muda secara luas. Selain itu, integrasi prosesi adat ke dalam sektor pariwisata juga dapat menjadi strategi yang efektif untuk mempromosikan budaya dan sekaligus memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Pada akhirnya, kelestarian prosesi adat di era modern merupakan cerminan dari kesadaran dan komitmen kita untuk menjaga warisan budaya bangsa. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi, kita tidak hanya menjaga identitas budaya, tetapi juga memperkuat jati diri bangsa dan menjamin keberlanjutan nilai-nilai luhur bagi generasi mendatang. Proses adaptasi dan inovasi yang bijak akan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas.
(red)