OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Risiko Geopolitik Global

EKONOMI819 Dilihat

DIAGRAMKOTA.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Rapat Dewan Komisioner Bulanan menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meskipun menghadapi tantangan risiko geopolitik global.

Ketidakstabilan geopolitik yang meningkat, seperti kemenangan Presiden terpilih Donald Trump di Amerika Serikat yang diperkirakan memperburuk tensi perang dagang, serta konflik di Timur Tengah, Ukraina, Asia, dan Eropa, menjadi perhatian utama. Namun, perekonomian global masih menunjukkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi di banyak negara utama.

Indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik yang menguat di Amerika Serikat turut memicu tekanan inflasi. Di Tiongkok, sektor produksi menunjukkan perbaikan meskipun permintaan masih tertekan, sementara indikator ekonomi Eropa juga bergerak positif. Perkembangan ini membuat bank sentral global diperkirakan lebih hati-hati dalam pelonggaran kebijakan moneter, mendorong ekspektasi kenaikan terminal rate suku bunga kebijakan.

Baca Juga :  Cuma di Pegadaian! Gadai Emas Bisa Dapat Goldback hingga Rp.500rb

Di dalam negeri, perekonomian Indonesia tetap stabil dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 mencapai 4,95% (yoy) dan pertumbuhan kumulatif triwulan I-III sebesar 5,03%. Dengan kondisi ini, target pertumbuhan di atas 5% sepanjang tahun 2024 masih dapat dipertahankan.

Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus pada triwulan III, mencerminkan ketahanan eksternal yang kuat. Inflasi juga terkendali, terutama pada komoditas pangan. Namun, perhatian tetap diperlukan terhadap indikator yang melemah, seperti PMI manufaktur yang berada di zona kontraksi, penjualan ritel, kendaraan bermotor, dan indeks kepercayaan konsumen.

Pasar saham domestik melemah 6,07% (mtd) hingga 29 November 2024 ke level 7.114,27, meskipun secara tahunan (ytd) hanya turun 2,18%. Kapitalisasi pasar mencapai Rp12.000 triliun, turun 5,48% (mtd), namun masih mencatat kenaikan 2,87% (ytd). Sektor basic materials dan properti menjadi yang paling terdampak pelemahan ini.

Baca Juga :  Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong, Café BlackDew Pacet Bawa Misi Pemberdayaan Ekonomi

Pasar obligasi menunjukkan tren positif dengan indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15% (mtd) menjadi 393,14, didorong oleh kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata sebesar 8,41 bps (mtd). Namun, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp13,07 triliun (mtd).

Di industri pengelolaan investasi, nilai Aset Kelolaan (AUM) mencapai Rp844,04 triliun, turun 0,95% (mtd) namun naik 2,34% (ytd). Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp494,45 triliun, dengan net subscription Rp3,0 triliun (mtd).

Penghimpunan dana di pasar modal tetap positif dengan total nilai Penawaran Umum mencapai Rp219,45 triliun, termasuk IPO dari 34 emiten baru senilai Rp51,20 triliun. Selain itu, terdapat 133 pipeline Penawaran Umum dengan nilai indikatif Rp58,34 triliun.

Baca Juga :  Cerdas Berinvestasi di Pegadaian, Dapatkan Imbal Hasil Emas Hingga 1% per Tahun

Pada sektor Securities Crowdfunding (SCF), hingga 29 November 2024, telah terdapat 18 penyelenggara berizin OJK yang mencatatkan 694 penerbitan efek dengan total dana sebesar Rp1,33 triliun, melibatkan 170.450 pemodal.

OJK memastikan akan terus memantau dinamika pasar keuangan global dan domestik, serta menjaga stabilitas sektor jasa keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. (dk/nw)

Share and Enjoy !